Hari-hari ini kita disuguhkan berita yang mengharubirukan perasaan kita. Derita rakyat Palestina di Gaza yang dibombardir tentara Israel. Semua media meliputnya. Semua perhatian fokus ke Palestina. Bangsa Indonesia termasuk yang sangat tergugah. Demonstrasi di mana-mana. Kutukan kepada Israel disemburkan di setiap kesempatan.
Perasaan prihatin, marah melihat pembantaian, kemauan menolong sesama adalah sesuatu yang mulia. Tidak ada yang salah dengan perasaan sedih melihat suatu tragedi. Bagaimanapun kita tetap manusia.
Tapi ...
Di bulan Mei 2008, AFP memberitakan penelitian yang dilakukan World Church Service yang mengungkapkan prosentase kasus malnutrisi di Timor Barat bahkan lebih tinggi daripada di Afrika. Survei yang dilakukan terhadap 4,800 rumah tangga, 61.1 persen balita menderita gizi buruk yang kronis, bahkan 13.1 persen sudah dalam tahap akut.
Sekitar 50% persen anak di Timor Barat dari populasi 2 juta mengalami kurang berat badan dibandingkan dengan angka untuk benua Afrika secara keseluruhan, yaitu 21.9%.
Saya yakin banyak yang tidak tahu kenyataan yang memilukan ini. Kita heran mengapa tidak ada yang marah, tidak ada yang demontrasi, tidak ada yang mengorganisir pengumpulan dana secara besar-besaran. tidak ada yang mengutuk pemerintah yang gagal mengurus rakyat di depan matanya sendiri.
Lebih jauh lagi 80 juta orang masih hidup masih di bawah garis kemiskinan. Setengah dari 235 juta orang hidup dengan penghasilan di bawah 2 dolar sehari.
Semua ini merupakan medan jihad. Semua ini benar-benar masalah besar. Semua ini menuntut demonstrasi, kutukan bagi pemerintah kita. Karena kemiskinan akan melahirkan semua keburukan yang ada di dunia ini.
Mengapa kita bisa begitu tergugah untuk peristiwa yang jauh di mata sehingga menjadi dekat di hati, sementara peristiwa penting di depan mata bisa lolos dari perhatian kita?
* * *
Penelitian memang menunjukkan pikiran kita memang memiliki tempat yang bisa dimanipulasi, sehingga pikiran kita bisa berbelok ke sesuatu yang memiliki sensasi tinggi karena diberitakan secara luas dan kita bisa membayangkan tragedi yang mengerikan.
Tahukah anda bahwa orang yang mati karena ditimpa kelapa lebih besar daripada orang yang mati karena serangan ikan hiu? Setiap tahun di seluruh dunia 150 orang mati tertimpa kelapa. Sementara tahun 2002, 2003, 2004 “hanya” 14 orang yang mati karena diserang hiu. Mengapa media, bahkan film, selalu mengembar-gemborkan keganasan hiu, tapi sebaliknya tidak pernah mengembar-gemborkan keganasan kelapa? Mengapa tidak ada produser yang tertarik membuat film tentang pembunuhan oleh kelapa? Mengapa Steven Spielberg membuat Jaws, mengapa tidak membuat Coconut Killer?
Di Amerika, orang yang mati karena tenggelam kolam renang di rumah daripada karena senjata api yang disimpan di rumah. Tapi mengapa orang lebih takut kepada senjata api, kalau faktanya kolam renang lebih berbahaya?
Sesungguhnya umat Islam di dunia telah berlaku tidak adil kepada saudara Muslim yang lainnya dengan selalu fokus pada Palestina.
Di dunia ini ada bangsa mayoritas Muslim yang sampai saat ini masih tak punya negara, yaitu bangsa Kurdi. Padahal suku bangsa ini pernah menyumbang tokoh besar, pahlawan perang Salib dari pihak Muslim, Salahuddin Al Ayyubi. Tanah bangsa ini tersebar di negara-negara Turki, Irak, Iran dan Syria. Dan bangsa Kurdi ini tertindas di mana-mana. Identitas mereka selalu dihinakan dan ditekan di negara-negara itu. Bahkan Saddam Hussein pernah menghilangkan 300.000 orang Kurdi antara tahun 1983 dan 1987. Baru-baru ini Pemerintah Turki menyerang mereka lagi.
Kalau Muslim di seluruh dunia selalu mengembar-gemborkan kemerdekaan Palestina, lalu mengapa tidak pada kemerdekaan Kurdi?
Penindas bangsa Kurdi itu mayoritas Muslim, sementara penindas bangsa Palestina itu Yahudi. Ada ayat Al Quran menyebutkan bahwa Muslim itu bersaudara, lalu seperti apakah jahatnya penindas saudara Muslimnya sendiri? Mengapa orang termasuk yang di Indonesia tidak pernah mengusik pemerintah Turki, Irak, Iran dan Syria yang dijalankan oleh mayoritas Muslim?
Mengapa nilai jual penderitaan bangsa Kurdi lebih kecil dibandingkan dengan penderitaan bangsa Palestina?
* * *
Otak kita gampang dimanipulasi oleh fakta sensasional. Pilihan sikap kita terkadang aneh, rancu dan tidak logis. Ketika melihat sebuah sensasi di luar sana, kita bisa melupakan keadaan diri sendiri yang terkadang lebih membutuhkan perhatian.
Kita tidak membela kejahatan, tidak mengabaikan peristiwa buruk di luar sana, tapi alangkah baiknya diri sendiri juga diperhatikan. Dan alangkah baiknya juga berlaku adil untuk suatu peristiwa yang sama.
Semoga penderitaan rakyat Palestina, rakyat Kurdi dan penderitaan rakyat seluruh dunia segera berakhir. Dan semua orang bekerja sama membangun dunia yang lebih indah.
* * *
No comments:
Post a Comment