Sunday, June 7, 2009

Menggugat Ekonomi Kerakyatan

Manakah lebih yang lebih baik bagi suatu negara, memiliki 1 orang Bill Gates atau 1000 pedagang/produsen gethuk lindri? Manakah yang lebih baik bagi suatu negara, memiliki 1 produsen dengan nilai tambah tinggi atau 1000 produsen dengan nilai tambah rendah?

Di Bangladesh ada Muhammad Yunus, pemenang Nobel dan pahlawan produsen atau pedagang miskin. Tapi semua ini tak berarti apa-apa bagi perekonomian negara. Toh Bangladesh masih termasuk negara miskin. Kekuatan ribuan bahkan jutaan produsen nilai tambah rendah tak berarti apa-apa bagi kemajuan suatu negara.

Produk bernilai tambah rendah akan menghasilkan penghasilan kecil. Penghasilan kecil akan menghasilkan konsumsi yang juga kecil. Tidak banyak variasi barang dan jasa yang bisa dibeli orang yang berpenghasilan kecil, sehingga secara kumulatif ekonomi suatu negara tidak akan pernah berkembang pesat.

Sebaliknya jika di suatu negara ada industri bernilai tambah tinggi, apalagi kemudian industri ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, maka dapat dipastikan rakyat di negara itu akan sejahtera. Penghasilan tinggi atau orang kaya akan bisa membeli banyak barang dan jasa. Aktivitas ekonomi akan sangat berkembang di situ. Dan efek dari konsumsi orang kaya ini akan bergerak jauh sehingga akhirnya akan mencapai pedagang kecil juga.

Jadi, lebih berguna bagi suatu negara memiliki Bill Gates daripada memiliki Muhammad Yunus.

* * *

Dalam menyejahterakan rakyatnya, pemerintah seharusnya mengarahkan semua sumberdaya untuk suatu kegiatan ekonomi nilai tambah tinggi. Semenjak Habibie hampir tidak ada pemimpin yang menyadari hal ini.

Bangsa Indonesia mungkin belum memiliki banyak usahawan teknologi nilai tambah tinggi. Ada beberapa yang menghambat itu yaitu: (i) orang yang memiliki bakat teknologi sekaligus sebagai wirausaha jumlahnya tidak terlalu banyak dan (ii) iklim bisnis teknologi tinggi yang memiliki resiko besar tidak memiliki dukungan yang kuat di sini.

Tapi banyak jalan menuju Roma. Indonesia bisa mengembangkan industri bernilai tambah tinggi dengan 2 cara, yaitu: (i) meningkatkan peran BUMN yang bergerak di ekonomi nilai tambah tinggi dan (ii) mengundang produsen produk bernilai tambah tinggi untuk berinvestasi di sini.

Sebagai negara dengan ekonomi skala besar sangat mudah bagi Indonesia untuk menemukan pasar dan secara bertahap meningkatkan kemampuan menambah nilai suatu produk.

Indonesia tidak seharusnya membeli lagi dalam jumlah besar, kereta api bekas dari Jepang, panser dari Perancis dan kapal dari Jerman. PT. Inka harus didukung untuk meningkatkan kemampuan teknologinya untuk membuat kereta api. Begitu pula PT. Pindad, PT. PAL dan PT. DI harus didukung untuk membuat lebih banyak dan lebih baik dari produk seperti panser, senjata, kapal ataupun pesawat dan helikopter. Lebih jauh lagi, lebih baik mendirikan pabrik biodiesel dalam skala besar daripada mengimpor BBM.

Semua produk ini memiliki pasar di dalam negeri yang sangat terjamin sehingga setiap BUMN ini akan mampu terus menerus meningkatkan teknologinya. Pada akhirnya ketika produk sudah kompetitif, BUMN akan mampu melakukan ekspor dan bersaing dengan produk dari negara lain.

Indonesia juga bisa mengembangkan ekonomi nilai tambah tinggi ini dengan mengundang investasi asing dari perusahaan-perusahaan unggulan dunia untuk membuat investasi di sini. Keuntungannya iklim bisnis kita akan terpengaruh suasana industri teknologi unggulan yang dalam jangka panjang bisa menjadi inspirasi untuk berinovasi. Sedangkan dalam jangka pendek, tenaga kerja dan industri lokal dapat berperan sebagai pemasok dalam jaringan industri bernilai tambah tinggi ini.

* * *

Paradigma ekonomi kerakyatan sangat menyesatkan dan memiliki logika yang lemah sebagai jalan untuk menyejahterakan rakyat. Hanya aktivitas ekonomi yang bernilai tambah tinggi yang akan bisa melakukan itu.

Secara ringkas kita dapat menyimpulkan jalan kesejahteraan sebagai berikut. Tujuan utamanya adalah meningkatkan penghasilan rakyat secara keseluruhan. Agar rakyat berpenghasilan tinggi, maka rakyat harus berada dalam kisaran aktifitas ekonomi dengan nilai tambah tinggi. Ada perusahaan yang memimpin inovasi di suatu bidang yang dipilih, sementara yang lain bisa menjadi pemasok. Jika di negara itu tidak ada orang yang jago berinovasi semacam Bill Gates, maka yang diperlukan adalah negara mengambil peran Bill Gates itu melalui BUMN untuk suatu bidang. Untuk bidang dimana tidak ada BUMN yang bisa menjadi Bill Gates, maka yang perlu dilakukan negara adalah mengundang Bill Gates untuk berinvestasi di sini.

Sekali lagi, bukan ekonomi kerakyatan yang kita perlukan, tapi ekonomi nilai tambah tinggi!

* * * * *

No comments: