Thursday, July 23, 2009

Perlunya IndoCard (KTP Pintar)!

Dalam beberapa bulan terakhir ini kita mengalami masalah klasik soal Kartu Tanda Penduduk (KTP). Pertama dalam administrasi pemilu yang kacau, dan yang kedua pemalsuan KTP oleh pembom hotel JW Marriot dan Ritz Carlton.

Administrasi kependudukan kita memang sangat kacau. Membuat sebuah KTP itu mudah termasuk membuat beberapa KTP untuk 1 orang yang sama. Ini akan mengakibatkan KTP tidak bisa dijadikan rujukan identitas pemegangnya.

Sudah saatnya kita membuat administrasi sistem kependudukan nasional yang baru. Tujuan utama identitas diri ini adalah agar negara bisa meminta pertanggungjawaban kegiatan kita di masyarakat dengan dukungan fakta yang jelas. Administrasi ini mencakup identitas diri dari mulai data fisik sampai ke biometik dan yang juga setiap aktifitas termasuk transaksi keuangan yang kita lakukan.

Jika kita tiba-tiba sakit atau pingsan di tempat yang tidak dikenal, maka orang cukup mengambil kartu identitas – yang saya usulkan bernama Indocard – dan dari situ akan terlihat data-data kesehatan penting kita seperti misalnya kita alergi terhadap obat tertentu.

Dan dari Indocard yang terhubung dengan dokumen jual beli, perbankan dan lain-lain, semua transaksi keuangan kita harus diketahui negara atau lebih tepatnya dapat dilacak oleh negara.

Dengan Indocard ini maka kerumitan administrasi dapat dikurangi. Orang hampir tak perlu repot-repot lagi menulis di formulir data diri, namun cukup dengan menuliskan nama dan nomor Indocard. Dan versi canggih dari Indocard ini seharusnya meliputi NPWP, SIM, kartu ATM, kartu asuransi, kartu mahasiswa dan ... kartu Pemilu!

* * *

Membuat sistem baru tentu saja tidak mudah, tapi kita tak perlu susah payah menemukannya. Karena Malaysia telah lebih dahulu membuatnya!

Gambaran berikut bisa dilihat di http://en.wikipedia.org/wiki/MyKad

Pada 5 September 2005, Malaysia meluncurkan KTP pintar (smart identitiy card) pertama di dunia yang dinamakan MyKad. Pada MyKad ditanam mikrocip yang berisi berbagai data termasuk biometrik.

Fungsi awal MyKad adalah sebagai berikut: (i) kartu identitas termasuk sidik jari dan foto, (ii) SIM, (iii) paspor di Malaysia dan beberapa negara tetangga, (iv) informasi kesehatan. Beberapa fungsi telah ditambahkan kepada MyKad ini, namun belum digunakan secara luas seperti ATM, kartu tol.

Pengembangan selanjutnya dari MyKad adalah MyKid. Setiap bayi yang baru lahir di Malaysia diberi identitas melalui MyKid. Pada usia 12 tahun MyKid ditingkatkan menjadi MyKad tanpa foto. Setelah usia 18 tahun MyKad ini akan dilengkapi foto.

MyKad harus dibawa sepanjang waktu, jika tidak akan didenda atau masuk penjara.

Keteraturan administrasi penduduk di Malaysia, mungkin yang menyebabkan Dr. Azhari dan Nurdin M Top lebih senang beroperasi di Indonesia.

* * *

Indonesia bisa belajar dari Malaysia soal administrasi penduduk ini. Tidak perlu studi banding, cukup dilihat dari situs-situs dan memantapkan niat untuk memulainya.

Sebaiknya masalah kependudukan ini diurus oleh suatu badan tersendiri. Menurut saya yang pas mengurus ini adalah Biro Pusat Statistik (BPS). Selain kegiatan BPS banyak berhubungan dengan kependudukan, kantor BPS juga tersebar sampai ke kota dan kabupaten. Jadi infrastrukturnya sebagian sudah tersedia.

Tentu saja mudah bagi Malaysia menerapkan MyKad dengan 25 juta penduduknya. Untuk Indonesia pelaksanaannya harus bertahap terutama bagi orang yang telah lahir, apalagi yang lahir di masa Orde Lama. Sedangkan untuk anak yang baru lahir pemberian identitas ini harus dilakukan. Tapi yang penting dimulai sekarang!

* * * * *

Monday, July 13, 2009

Mendukung Yang Menang dan Mengenang Yang Kalah

Rangkaian terakhir pesta demokrasi telah usai dan pemenangnya hampir dapat dipastikan, yaitu pasangan SBY-Boediono. Kepada yang menang kita berharap mereka bisa mewujudkan janji-janjinya, kepada yang kalah kita berharap kebesaran jiwanya.

Kemenangan SBY-Boediono tidak perlu diungkit-ungkit lagi, namun hal-hal bagus dari pihak yang kalah juga menarik untuk dipelajari.

Mengenang JK

Kombinasi pasangan SBY-Boediono ini bukanlah kombinasi yang ideal. Rhenald Kasali menganalisis, baik SBY maupun Boediono sama-sama cenderung pada berorientasi proses. Orang yang mempunyai kecenderungan ini akan lebih lamban bertindak, karena sebelum bertindak mereka akan penuh pertimbangan. Hal ini bukan berarti tidak baik, namun kurang cocok dengan kondisi negara kira yang membutuhkan pemimpin yang bisa bergerak cepat dan penuh improvisasi.

Sebaliknya, Rhenald Kasali menganalisis JK sebagai orang yang berorientasi pada tindakan. JK adalah orang yang cekatan dan tangkas bertindak. JK cenderung berani melanggar prosedur untuk mendapatkan hasil. Maka tidak heran JK sangat hebat berimprovisasi dalam berbagai kebijakan.

Indonesia adalah negara yang sedang membangun di segala bidang. Akibat belum sempurnanya sistem ini, maka berbagai kelemahan muncul dimana-mana. Di sinilah peran orang seperti JK diperlukan untuk mengatasi dan mencari terobosan terhadap kelemahan itu. Negara ini membutuhkan sesorang pemimpin yang cepat memahami persoalan, berani mengambil tanggung jawab dan bertindak secara cepat.

Ibarat tim sepakbola, tanpa JK, pemerintahan SBY akan kehilangan seorang penyerang yang tangguh. Kita khawatir nantinya pemerintahan ini sulit mencetak gol. Tentu saja pengganti dari peran JK ini bisa dicari yaitu dengan memilih menteri-menteri yang cerdas dan cepat seperti JK.

Dan untuk langkah seperti ini SBY sudah memiliki modal yang besar. Setelah pemilu legislatif yang lalu, SBY sudah terbukti tidak takut untuk memilih cawapres bukan aktifis partai politik, namun dari kalangan profesional. Kita sangat berharap untuk pembentukan kabinet mendatang, SBY juga berani untuk memilih orang-orang profesional saja untuk jabatan menteri. Dengan menggunakan orang-orang profesional yang handal di bidangnya masing-masing maka daya serang untuk mencetak gol dari tim SBY ini akan meningkat.

Kenangan utama kita terhadap JK adalah pemihakannya terhadap produksi dalam negeri. Dan ini bukan hanya retorika belaka. Dalam suatu kesempatan di Kadin beliau tidak ragu untuk mencopot sepatunya untuk menunjukkan sepatu buatan dalam negeri dengan merek JK Collection, beliau mengupayakan agar bandara kita 100% ditangani orang Indonesia yang terbukti bisa dilaksanakan bahkan dengan biaya yang jauh lebih murah. Yang terakhir adalah inisiatifnya untuk membuat panser sendiri melalui PT. Pindad.

Ungkapannya untuk memakai tangan kita sendiri, otak kita sendiri dan uang kita sendiri sungguh sangat inspiratif dan patut dilanjutkan.

Mengenang Prabowo

Walaupun Prabowo adalah cawapres dari Megawati, namun Prabowo lah yang memiliki ide cemerlang untuk memajukan negara ini.

Salah satu ide yang harus segera dirangkul oleh pemerintahan adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Prabowo memiliki visi berani dengan angka di atas 10%. Mungkin angka ini tak berarti bagi orang awam, padahal hanya dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggilah, pendapatan rakyat bisa segera meningkat dan Indonesia bisa mengejar ketertinggalannya dari negara lain. Tanpa pertumbuhan di atas 10% ini, maka kesejahteraan itu baru bisa dicapai puluhan tahun mendatang. Dan ini berarti bangsa ini masih harus mengirimkan babu-babu ke luar negeri. Dan ini berarti prajurit bangsa ini juga harus siap mati sia-sia karena negara tidak sanggup membeli dan memelihara alutsista.

Namun beberapa ekonom pendukung SBY dengan pikiran tunggal tanpa kreatifitas, seolah menafikan kemungkinan ini. Seperti biasa, ekonom mulai dengan hitungan sederhana bahwa untuk pertumbuhan setinggi itu dibutuhkan investasi sebesar 40% dari PDB, sedangkan investasi selama ini cuma 25%. Mereka berpikir kita tidak mampu menaikkan investasi sebesar 15% itu dalam waktu singkat.

Padahal pikiran pesimis ekonom pemerintah inilah masalahnya. Tentu kalau pemerintahan sudah meniatkan, maka jalan keluar dari berbagai persoalan untuk menaikkan nilai investasi itu akan terkuak.

Sebagai ilustrasi kita bisa mengambil inspirasi dari kisah Henry Ford, legenda pembuat mobil Amerika Serikat, dalam penemuan mesin V8. Henry Ford memaksa ahli-ahlinya untuk menemukan mesin 8 silinder. Semua ahlinya pada waktu itu mengatakan mesin yang diinginkannya itu tidak bisa dibuat. Mereka – seperti ekonom pemerintah soal pertumbuhan 2 digit – mengemukakan alasan-alasan “ilmiah” mengapa mesin itu tidak bisa dibuat. Namun Henry Ford tetap memaksa mereka untuk menemukan jalan keluar. Akhirnya jalan keluar ditemukan dan mesin yang diinginkan itu bisa dibuat. Perasaan optimis menang.

Prabowo telah membangkitkan rasa optimisme kita. Dan kita berharap pemerintah SBY-Boediono ini juga segera dapat membangkitkan rasa optimis itu.

Karena kita ingin segera bangga menjadi orang Indonesia.

* * * * *

Duitnya Dari Mana?

Dalam debat pilpres yang paling sering diutarakan adalah janji politik yang berhubungan dengan pengeluaran pemerintah. Padahal yang juga penting kita ketahui adalah darimana dana untuk membiayai pengeluaran tersebut.

Dalam debat cawapres 30/6 yang lalu, salah seorang kandidat memberikan ungkapan menarik soal dari mana asal uang pembiayaan negara untuk kesejahteraan rakyat. Sebelumnya Dekan Fakultas Ekonomi UI, Firmanzah, juga menulis pada salah satu media tentang masalah serupa. Banyak orang bisa bicara tentang alokasi anggaran, sisi pengeluaran, tapi bagaimana dengan sisi pemasukannya? Sungguh gampang mengatakan alokasi pengeluaran pendidikan 20% APBN, alokasi pengeluaran militer 3%-5% PDB dan lain sebagainya, tapi apakah dana yang kita miliki cukup untuk membiayai semua itu?

Menurut hemat saya masalah sisi pembiayaan ini adalah paling menarik untuk dibicarakan. Seharusnya tema pembiayaan pemerintah ini harus menjadi tema utama debat capres setelah tema visi. Semua visi bagus capres tidak akan pernah terlaksana, kalau tidak ada dana untuk membiayainya.

* * *

Pada debat cawapres tersebut, salah satu kandidat sudah mengungkapkan cara untuk mendapatkan dana, yaitu menjadwalkan kembali pembayaran cicilan utang yang berjumlah kurang lebih 100 trilyun per tahun. Namun ini dibantah oleh kandidat lain, bahwa proses penjadwalan utang tidak akan semudah itu.

Sebenarnya hal ini sangat menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut apakah benar utang bisa dengan cepat dijadwal ulang ataukah tidak. Tentu saja, menurut hemat saya, utang bisa dijadwal ulang asalkan kita mau melakukannya. Sering kali pemikiran penyelenggaraan negara sangat terkungkung oleh dogma yang ada. Ketika Evo Morales melakukan nasionalisasi industri migas yang bertentangan dengan 'pakem' internasional, ternyata juga berhasil. Korporasi asing tunduk.

Masalah-masalah perbedaan keyakinan berdasarkan argumentasi inilah yang perlu hadir di acara debat. Mungkin tidak ada yang bisa memastikan mana yang benar, namun di sinilah kekuasaan rakyat untuk mempercayai langkah calon yang mana yang paling masuk akal.

* * *

Pada dasarnya wacana tentang penghematan biaya sudah banyak beredar dalam berbagai diskusi dan tulisan media massa. Paling tidak ada 3 bidang yang bisa dilakukan untuk melakukan penghematan, yaitu: (i) penyederhanaan pemilu, (ii) penghematan pada operasional pemerintah, (iii) efektifitas pemerintahan.

Pertama, pemilu kita menghabiskan dana yang luar biasa. Untuk pemilu 2009 ini saja menghabiskan dana Rp. 47,9 trilyun. Ini belum termasuk pilkada di daerah-daerah untuk memilih gubernur dan bupati di seluruh Indonesia. Jika ada kemauan politik kita bisa menyelenggarakan pilkada cukup di tingkat gubernur, sedangkan bupati dipilih oleh gubernur. Selain menghemat biaya sistem ini akan membuat kebijakan pada provinsi akan lebih koheren. Dengan sistem sekarang bupati bisa membuat kebijakan yang bertolak belakang dengan visi gubernur.

Untuk pilpres 1 putaran sudah ada metode yang bisa melakukannya, yaitu; instant-runoff voting (IRV). Dan akan lebih hemat lagi jika pilpres dan pilkada gubernur disatukan pada hari yang sama.

Kedua, perampingan pemerintahan. Perampingan pemerintahan juga sangat membantu penghematan biaya. Jumlah departemen harus dibatasi dan pemekaran wilayah harus dihentikan.

Euforia demokrasi menghasilkan pemekaran wilayah yang serampangan. Data dari Departemen Keuangan, Dirjen Perimbangan Keuangan menunjukkan anggaran untuk daerah baru meningkat dari Rp 8,09 triliun pada 2007 menjadi Rp 14,272 triliun pada 2009. Ada 48 daerah yang memiliki anggaran belanja pegawai sekitar 70 persen dari total APBD-nya, bahkan ada yang 87 persen. Ini berarti pemerintaha daerah tidak bisa hidup tanpa APBD, sementara rakyat bisa hidup tanpa APBD. Jika APBD hanya untuk membiayai pemerintah daerah, maka alangkah lebih baiknya anggaran untuk operasional daerah pemekaran itu di-BLT-kan saja kepada rakyat daerah pemekaran itu.

Ketiga, taktik pengelolaan APBN. Rizal Ramli mengusulkan agar belanja modal seperti kantor dan kendaraan pemerintah dilakukan dengan sistem sewa, bukan pembelian. Jika membeli barang, maka akan butuh perawatan, sedangkan kita termasuk bangsa yang kurang pandai merawat barang. Dengan menyewa maka beban APBN akan berkurang dan biaya perawatan bisa dihilangkan.

Jika wacana mencari dana bagi pemerintah ini diteruskan, maka pasti akan kita temukan alternatif-alternatif.

Akhirnya, janji hanya bisa direalisasikan kalau dana yang tersedia mencukupi. Rakyat sangat perlu mengetahui bagaimana capres bisa memobilisasi dana pembangunan. Semua langkah konkrit itu sebaiknya diumumkan dan biarlah rakyat menilai masuk akal atau tidak langkah itu.

Tanpa kejelasan dana, visi dan janji-janji capres itu cuma omong kosong belaka.

* * * * *

Angka-Angka Yang Menyesatkan

Mark Twain mempopulerkan ucapan PM Inggris abad ke 19, Benjamin Disraeli: “There are three kinds of lies: lies, damned lies, and statistics." (Ada 3 jenis kebohongan: kebohongan, kebohongan terkutuk dan statistik)

Masalah Kemiskinan

Baru-baru ini Biro Pusat Statistik (BPS) mengumumkan penurunan angka kemiskinan menjadi 32,5 juta jiwa. Angka kemiskinan ini didapat dengan mengacu pada pendapatan di bawah Rp. 200.00 per bulan. Dan angka kemiskinan ini menurun dari periode sebelum. Apakah ini prestasi?

Pada waktu bersamaan BPS melaporkan, nilai tukar petani (NTP) nasional adalah 99,41. Ini menunjukkan total pengeluaran petani (baik berupa modal, pembelian bibit, maupun mencukupi kebutuhan hidupnya) lebih tinggi dibanding penghasilan yang diperolehnya dari penjualan produk-produk pertaniannya secara keseluruhan, baik padi, telur ayam, daging ayam, maupun daging kambing.

Kalau pemasukan tidak dapat menutupi pengeluaran, apakah ini tidak bisa disebut miskin? Petani dengan kondisi ini berjumlah sekitar 41 juta orang dan kalau ditambah keluarga petani jumlah ini bisa mencapai 100 juta orang. Bandingkan dengan data 32.5 juta orang miskin tersebut.

Masalah Utang

Rasio utang Indonesia 32% dari Produk Domestik Bruto (PDB), sementara rasio utang Jepang 217% dari PDB. Apakah Indonesia lebih baik daripada Jepang?

Perbandingan rasio ini menyesatkan. Yang terpenting dari PDB adalah berapa jumlah uang yang bisa ditarik untuk mendanai APBN dan kemudian bagaimana dana tersebut mampu membiayai kebutuhan suatu negara. Dan di sini ada perbedaan besar antara Indonesia dan Jepang.

Jepang sudah menjadi negara maju, sehingga permasalahan anggaran akan sangat berbeda dengan negara berkembang seperti Indonesia. Jepang walaupun utangnya besar, tidak terlalu dibebani oleh permasalahan mendasar seperti menanggulangi kemiskinan, memberikan air bersih kepada rakyat, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan termasuk pertahanan keamanan.

Sebaliknya Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, masih membutuhkan peran pemerintahan dalam menyelesaikan berbagai persoalan mendasar. Hal yang paling penting dari masalah utang luar negeri ini adalah bebannya terhadap APBN. Apakah dengan cicilan utang sekarang ini, pemerintahan Indonesia masih bisa leluasa mengurus kesehatan, pendidikan, fasilitas air bersih rakyatnya? Apakah dengan anggaran yang ada sudah bisa membangun pertahanan negara yang kuat?

Terbukti sampai sekarang Indonesia masih bergulat pada persoalan mendasar seperti kemiskinan. Terbukti pemerintah tidak sanggup meremajakan alutsistanya. Sementara Jepang sudah tidak bergulat dengan masalah mendasar itu lagi. Jadi bagaimana bisa kita membandingkan utang kita dengan utang Jepang?

Masalah Pertumbuhan Ekonomi

Pemerintah Indonesia bangga dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketika krisis hampir semua negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah adalah yang terbesar ketiga setelah Cina dan India. Apakah kita patut berbangga?

Kalau kita melihat mengapa banyak negara seperti Singapura dan Malaysia mengalami pertumbuhan negatif adalah karena struktur ekonomi mereka sangat tergantung ekspor. Ketika pasar dunia menurun, permintaan barang dan jasa menurun, otomatis omset mereka juga turun. Inilah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi mereka negatif.

Ketika suatu negara bisa ekspor, maka dapat dikatakan produk negara tersebut kompetitif yang mampu bersaing dengan produk negara lain. Apalagi negara seperti Malaysia dan Singapura itu sudah tidak tergantung lagi dengan ekspor komoditi. Produk mereka sudah bernilai tambah tinggi.

Jadi yang terpukul dengan krisis sekarang justru menunjukkan pertanda bagus bahwa mereka adalah produk yang tergantung pada permintaan pasar seluruh dunia. Dan ini sama sekali bukan menunjukkan kelemahan kinerja negara mereka. Krisis ini juga menerpa perusahaan hebat seperti Toyota. Ini bukan berarti ada masalah dengan kinerja Toyota, tapi ada masalah dengan pasar dunia.

Jadi kalau Indonesia tidak krisis, justru menunjukkan struktur ekonomi Indonesia bermasalah. Indonesia bisa tumbuh hanya karena pasar dalam negerinya yang besar. Ini sekaligus menunjukkan produk Indonesia hanya sebatas jago kandang dan belum layak untuk diekspor. Struktur seperti ini justru membahayakan. Ketika pasar bebas dilakukan, produk barang dan jasa yang kompetitif dari luar negeri bisa masuk dan menguasai pasar domestik.

Akhirnya, kita tetap harus melakukan kritik terhadap angka-angka. Angka yang bagus belumlah berarti mewakili realita yang bagus pula.

* * * * *

Monday, July 6, 2009

Mitos Pasar Tradisional

Beberapa waktu terakhir banyak calon presiden yang melakukan retorika terhadap pasar tradisional. Posisi pasar tradisional dihadapkan dengan pasar moderen. Pasar moderen dianggap mematikan pasar tradisional. Pedagang besar dari mazhab kapitalisme/neoliberalisme berhadapan pedagang kecil dari mazhab yang mungkin disebut ekonomi kerakyatan.

Pada jika ditinjau lebih jauh melawan keberadaan pasar moderen berarti melawan hukum alam. Peradaban manusia – termasuk institusi pasar – selalu mengarah kepada hal yang efektif dan efisien. Pada buku “Long Tail”, karya Chris Anderson, mengungkapkan sejarah kemajuan institusi pasar.

Pada akhir abab 19, Richard Sears dikirimi secara salah sekotak jam tangan. Dia tidak mengembalikan kiriman yang salah ini, namun membelinya. Timbullah ide untuk menjual kembali jam tangan itu. Kemudian dia sengaja memesan jam tangan dan menjadi distributor jam tangan. Akhirnya timbullah ide cemerlang untuk mengumpulkan berbagai macam barang – selain jam tangan – di suatu tempat, mengirim pelanggan yang tinggal di desa-desa katalog yang berisi 200.000 macam barang. Pelanggan yang membeli akan dikirimi barang pesanan ke rumah melalui jasa pos.

Orang desa/konsumen gembira karena sebelum sistem ini ada, barang yang mereka beli sangat mahal dan langka. Dengan sistem ini mereka mendapatkan barang yang tidak hanya murah, namun juga sangat bervariasi. Selanjutnya adalah sejarah.

Pasar swalayan pertama adalah King Kullen dibuka di Queens, New York 4 Agustus 1930, ketika depresi besar. Dan tahun 1950 – 1960 supermarket sudah memainkan peranan penting dalam membentuk kelas menengah Amerika.

Sampai-sampai Presiden Kennedy mengatakan bahwa teknik pemasaran massal dan murah di supermarket telah memungkinkan peningkatan standar hidup dan telah berperan sekali dalam pertumbuhan ekonomi Amerika.

* * *

Pasar moderen mengandalkan efisiensi dalam distribusi sehingga mereka bisa melayani masyarakat dengan barang-barang yang sangat bervariasi dengan harga yang paling murah. Bukankah ini menguntungkan konsumen? Bukankah dengan banyaknya barang yang murah – seperti yang dikatakan Presiden Kennedy – masyarakat akan bisa membeli lebih banyak barang yang berujung dengan bergairahnya ekonomi suatu bangsa?

Pasar moderen memang mungkin akan mematikan pedagang di pasar tradisional. Sekarang kita bertanya berapakah prosentase pedagang pasar tradisonal dibandingkan dengan jumlah konsumen? Barang yang murah melalui pasar moderen akan menguntungkan konsumen yang jumlahnya jauh lebih besar daripada jumlah pedagang. Jadi manakah yang harus kita bela, kepentingan orang banyak atau kepentingan sedikit orang?

Pasar moderen adalah sejarah peradaban. Hukum alam pasar akan mengarahkan pasar pada sesuatu yang lebih efektif dan efisien. Tidak mungkin ada bangsa yang bisa menolaknya tanpa menderita kerugian. Dan kita harus mengemukakan fakta bahwa sistem distribusi pada pasar tradisional adalah lebih mahal daripada pasar moderen.

* * *

Kita tidak mungkin melawan keampuhan pasar moderen. Justru kita harus merangkulnya menjadi kesatuan sistem ekonomi.

Sebenarnya dalam pasar moderen, unsur-unsur pasar seperti produsen dengan produknya, konsumen dan sistem distribusi tetap ada. Cuma yang membedakannya, barang yang akan dijual bisa dikumpulkan lebih banyak dan distribusinya lebih efisien. Dan posisi pedagang tradisional adalah lemak ekonomi di sisi distribusi. Pasar moderen adalah upaya untuk membuang lemak ekonomi ini.

Sementara itu ada pihak yang kurang diperhatikan dalam isu pasar moderen versus tradisional yaitu produsen/ pemasok.

Tugas utama pemerintah adalah memberikan pembelaan utama terhadap produsen ini. Pemerintah harus memastikan bahwa produsen dalam negeri memperoleh akses kepada pasar moderen ini, tentunya melalui mekanisme pasar. Jika barang impor Cina bisa lebih murah, tentu saja produsen dalam negeri harus dibantu pemerintah untuk memastikan produk dalam negeri berikut biaya transportasinya bisa efisien sehingga bisa bersaing.

Jadi konsumen harus dibela untuk mendapat harga yang lebih murah, sementara produsen dalam negeri yang menyediakan barang juga harus dibela supaya bisa bersaing. Selebihnya kita serahkan kepada mekanisme pasar moderen untuk menghubungkan keduanya dengan cara yang paling efisien.

* * * * *

Analisis Kematian Michael Jackson

Tentu saja judul di atas berlebihan. Namun beberapa fakta dapat kita analisis dengan pengetahuan yang ada. Bukan hanya pada kehidupan kita bisa belajar, pada kematianpun kita bisa belajar.

Michael Jackson meninggal dalam usia 50 tahun. Jelas ini usia yang masih cukup muda. Dengan segala yang dimilikinya, Michael Jackson seharusnya belum meninggal dunia. Dia akan bisa mendapatkan perawatan terbaik dari dokter terbaik. Lalu mengapa dia tetap meninggal dunia?

Pada buku Masalalu Selalu Aktual karya P. Swantoro, seorang wartawan senior, ada kutipan yang berisi penjelasan yang menarik mengapa seseorang bisa meninggal dalam usia cukup muda.

Gamal Abdel Nasser adalah seorang tokoh pemersatu bangsa Arab dalam perang melawan Israel. Namun dia kalah perang. Tidak lama setelah perang dia meninggal dunia dalam usia 52 tahun.

Tahun 1971, delegasi Mesir yang dipimpin Ketua Parlemen Mesir bertemu dengan PM Cina Zhou En-lai. PM Zhou menanyakan kepada delegasi Mesir mengapa Nasser meninggal. Tentu saja delegasi Mesir hanya bisa menjawap bahwa meninggalnya Nasser adalah kehendak Tuhan.

Namun PM Zhou yang memiliki pandangan lain.

“Janganlah menyatakan Tuhan mengenai apa yang kita perbuat,'” kata Zhou. “Harus ada sebabnya. Gamal Abdel Nasser masih muda. 52 tahun masih muda. Saya sekarang 72 tahun dan masih tetap bekerja. Dan seperti yang anda lihat sendiri, saya masih sehat. Saya tidak dapat membayangkan ia dapat meninggal begitu. Ia kepala negara, pimpinan dunia Arab yang bisa mendapatkan perwatan paling baik. Bagaimana Anda bisa membiarkannya meninggal?”.

Kemudian PM Zhou memberikan jawaban: “Saya akan memberikan penjelasan kepada anda. Ia meninggal karena sedih. Ia meninggal karena karena patah hati. Dan itu adalah kesalahan Uni Soviet. Mereka menipunya. Mereka mendorongnya ke suatu situasi dan meninggalkannya. Mereka membiarkannya hatinya hancur...”

Menurut PM Zhou, Nasser meninggal karena frustrasi setelah kalah perang dengan Israel yang semula didorong dan didukung oleh Uni Soviet.

* * *

Benarkah sikap kita berpengaruh pada hidup dan mati kita?

Victor Frankl adalah seorang psikiater keturunan Yahudi dan yang berhasil selamat dari kekejaman kamp konsentrasi Nazi. Dari pengalaman yang luar biasa menyakitkan inilah, dia kemudian banyak berpikir dan menulis tentang bagaimana harapan sangat menentukan hidup matinya seseorang.

Dari pengalamannya di kamp, dia bisa melihat bagaimana seseorang bisa mati mendadak setelah kehilangan harapan. Dia menceritakan sesorang tawanan yang bermimpi akan dibebaskan tanggal 30 Maret 1945. Sebelum tanggal tersebut datang, ketika dia masih dipenuhi harapan untuk hidup, dia masih sehat. Sayangnya ketika tanggal itu datang, harapan tak terpenuhi, dia mulai sakit dan kehilangan kesadaran. Akhirnya tanggal 31 Maret dia meninggal.

Victor Frankl menulis: ”Mereka yang tahu betapa erat keterkaitan antara pikiran manusia – keberanian, harapan dan hilangnya harapan – dengan imunitas tubuhnya, akan memahami bahwa hilangnya harapan dan keberanian secara mendadak membawa dampak yang mematikan. Penyebab kematian teman saya adalah tidak terpenuhinya harapan tentang pembebasan dirinya, sehingga dia benar-benar kecewa.”

Nasser meninggal di usia yang cukup muda. Dia kecewa karena kalah perang melawan Israel. Ketika Uni Soviet meninggalnya, dia kehilangan harapan. Sebaliknya Michael Jackson sudah memiliki semua pencapaian profesional di dunia musik. Namun dia mengalami kekecewaan di kehidupan pribadi termasuk kekacauan keuangan. Dia sudah kehilangan harapan. Dan siapapun yang kehilangan harapan, fasilitas hidup terbaik, dokter terbaik takkan bisa menyembuhkan penyakit apapun.

* * *

Nelson Mandela dipenjara rezim apartheid selama 27 tahun. Di penjara dia mengalami banyak penderitaan dan mempunyai banyak alasan untuk mati. Tapi Mandela tidak mati, Mandela masih utuh jiwa dan raganya sampai dia keluar penjara, membebaskan negerinya dan menjadi Presiden Afrika Selatan.

Deng Xiaoping berpikiran kapitalis di negeri komunis. Dia disingkirkan oleh Ketua Mao. Dia dikirim ke kamp kerja paksa. Istrinya meninggalkannya dan kawin dengan lawan politiknya. Anaknya dilempar keluar dari gedung bertingkat oleh tentara merah sehingga cacat seumur hidup. Dia memiliki seribu alasan untuk mati. Tapi Deng tidak mati, bahkan akhirnya dia bisa menjadi pemimpin Cina yang membawa kemakmuran.

Harapanlah yang bisa menjaga seseorang untuk terus hidup. Victor Frankl kemudian membuat mazhab psikoterapi sendiri, yaitu logoterapi. Logoterapi adalah psikoterapi yang memusatkan upayanya pada pencarian makna hidup. Sebagai dasar psikoterapinya Victor Frankl mengutip kata-kata filsuf Jerman, Nietzche:”dia yang memiliki alasan untuk hidup, akan mampu menghadapi apapun”. Yang ironis disini adalah orang Yahudi bisa bertahan hidup dari kekejaman orang Jerman, justru dengan inspirasi dari pikiran orang Jerman sendiri.

Orang harus selalu memiliki makna keberadaannya dalam hidup ini. Makna yang belum terpenuhi itu, tugas yang belum selesai adalah harapan. Mandela mempunyai harapan untuk memerdekakan kaum kulit hitam. Dia percaya dia harus menyelesaikan tugas ini. Maka penjara puluhan tahun tidak pernah membuatnya mati. Begitu juga Deng Xiaoping. Membawa Cina menuju kemakmuran sudah menjadi pilihan tugas hidupnya. Kamp kerja paksa, penderitaan, penghinaan tidak membuatnya mati.

Selama harapan itu ada, maka orang akan tetap hidup. Ketika harapan hilang, maka kematian tinggal menunggu tanggal mainnya saja.

* * * * *