Wednesday, April 1, 2009

Kisah Tiga Negara

Dari tiga negara – Malaysia, Singapura dan Indonesia – yang bertetangga ini kita bisa melihat perbandingan sistem politik dan hasilnya bagi kesejahteraan rakyat.

Pada suatu masa ketiga negara ini menganut sistem politik yang sama, yaitu: pemimpin kuat dengan sistem pemerintahan tangan besi. Kemudian jaman berubah. Dari tiga negara itu Indonesia murtad dengan mengambil jalan demokrasi, sementara dua negara yang lain istiqomah dengan jalan yang dipilih.

Ini mengakibatkan situasi politik di Malaysia dan Singapura relatif stabil dan dapat diprediksi, sementara di Indonesia tidak. Hasilnya pembangunan di Malaysia dan Singapura berkesinambungan, sementara di Indonesia tidak. Dan selanjutnya entitas bisnis di Malaysia dan Singapura sudah siap untuk bermain di tingkat global, sementara di Indonesia tidak.

Kita bisa melihat 2 aspek penting dalam membangun negara ini, yaitu: (i) kesederhanaan sistem politik dan (ii) suksesi kepemimpinan.

* * *

Sistem pemerintahan Malaysia adalah sistem parlementer dengan banyak partai. Walaupun demikian posisi semua partai politik ini terbagi menjadi 2 koalisi besar, yaitu: Barisan Nasional yang berkuasa dan Pakatan Rakyat yang beroposisi.

Dengan sistem politik yang sederhana – dengan 2 kekuatan besar yang terpolarisasi – seperti ini membuat rakyat Malaysia lebih mudah memilih. Ketika rakyat tidak puas dengan kinerja Barisan Nasional, maka rakyat mengurangi dukungannya, bahkan mungkin menjatuhkannya.

Polarisasi ini akan mematangkan partai politik dalam mempersiapkan kader yang naik sebagai anggota parlemen. Anggota parlemen adalah orang yang terlatih, mengerti politik, mengerti bagaimana membuat undang-undang, bukan orang asal-asalan, apalagi artis sinetron yang mungkin hanya mengenal bedak dan gincu, daripada kebijakan publik.

Semua calon pemimpin Malaysia dipersiapkan sejak awal. Pemimpin Malaysia adalah anggota parlemen yang pernah menggeluti seluk beluk birokrasi pemerintah sebagai seorang menteri. Pengetahuan ini sangat penting sehingga pemimpin dalam membuat kebijakan bukan semata berasal dari teori dari buku, namun juga memiliki pengalaman praktis.

Dan yang menarik dari Malaysia adalah sejak Husein Onn, semua Perdana Menteri Malaysia berikutnya adalah mantan Menteri Pendidikan. Sedemikian pentingnya masalah pendidikan, sehingga setiap perdana menteri Malaysia pasti sangat mengerti seluk beluk kebijakan pendidikan.

Semua ini - kesederhanaan sistem politik dan suksesi yang bisa diprediksi - akan menghasilkan negara yang stabil dan pembangunan yang berkesinambungan sehingga Malaysia kemungkinan besar akan berhasil menjadi negara maju di tahun 2020.

* * *

Singapura sudah menjadi negara maju. Singapura adalah negara yang paling bebas korupsi dan negara yang paling makmur di dunia.

Sama seperti Malaysia, sistem politik di Singapura juga sangat sederhana. Yang berkuasa adalah People's Action Party (PAP). Sementara partai-partai lainnya adalah oposisi yang tidak akan pernah menjadi besar. Maka pemerintahan Singapura akan selalu stabil dan bisa menjalankan pemerintahan tanpa gangguan oposisi.

Namun pemerintahan tangan besi Singapura sama sekali bukan ditujukan untuk kekuasaan semata. Pemerintah benar-benar mengurus negaranya dengan baik. Selain meraih kesuksesan jangka pendek, pemerintah juga menyiapkan kesuksesan jangka panjang.

Tahun 1998, Todd Crowell and Andrea Hamilton di Asiaweek menjelaskan dengan cermat bagaimana Singapura menyiapkan pemimpin.

Pemerintah Singapura menyiapkan calon-calon pemimpin sejak awal sekali. Yang menonjol dari rekrutmen calon pemimpin di Singapura adalah sistem meritokrasi. Calon pemimpin adalah orang yang terbaik dan paling cerdas. Dan Singapura menawarkan talenta-talenta terbaik ini dengan beasiswa pemerintah di universitas terbaik seperti Cambridge di Inggris dan Harvard di Amerika Serikat. Dan sebagai kompensasi untuk menandingi sektor swasta, pegawai pemerintahan di Singapura digaji sangat tinggi.

Selanjutnya calon-calon pemimpin ini diterjunkan di birokrasi pemerintahan termasuk dinas militer. Dan pemimpin-pemimpin tingkat atas, yang masih berusia muda sudah memiliki pengalaman di pemerintahan selama belasan tahun.

Tahap terakhir dari penggemblengan pemimpin adalah menjadi anggota parlemen mewakili PAP. Mereka akan diberi kesempatan untuk berbagai jabatan menteri dan salah satunya akan menjadi Perdana Menteri.

Dengan kualitas pemimpin dan birokrat seperti ini, tanpa sumberdaya alam, tanpa wilayah yang luas, Singapura mencapai kemajuan tiada tara.

* * *

Di antara ketiga negara, Indonesia adalah yang terjelek. Sistem demokrasi adalah salah satu penyebabnya. Pembangunan di Indonesia akan cenderung tidak stabil dan tanpa arah yang jelas, sehingga sulit untuk mencapai sasaran dan tidak akan cepat tanggap dalam menghadapi krisis.

Hal yang paling kritis dalam demokrasi Indonesia adalah kekuasaan presiden yang terbatas untuk melaksanakan pembangunan. Pemerintah harus berhadapan dengan anggota dewan yang berasal dari kalangan antah berantah.

Kebebasan membuat partai membuat orang dengan mudah menjadi anggota parlemen. Tanpa pengkaderan yang jelas, tanpa pengetahuan yang cukup, siapa saja bisa menjadi parlemen. Dengan kualitas seperti ini anggota parlemen akan menjadi mitra pemerintah dalam melaksanakan pembangunan.

Selain itu demokrasi memungkinkan pemerintah berganti setiap 5 tahun sekali. Untuk negara berkembang seperti Indonesia tentu saja ini akan menyulitkan kesinambungan pembangunan. Semua program yang baik bisa berhenti begitu pemerintahan berganti.

Kualitas presiden juga bisa diragukan. Presiden yang terpilih bisa jadi belum berpengalaman dalam mengelola birokrasi pemerintahan. Karena kepemimpinan bukan sekedar teori maupun popularitas, namun juga soal praktek. Beda dengan Malaysia dan Singapura, Indonesia mempunyai kemungkinan besar dipimpin oleh orang yang tidak berpengalaman. Padahal tantangan pemerintahan Indonesia jauh lebih besar dan lebih bervariasi daripada Malaysia dan Singapura.

Dengan demokrasi yang riuh rendah ini dan sistem yang labil ini, apakah bisa menghasilkan pemimpin yang hebat, pemerintahan yang hebat dengan kebijakan yang hebat pula, parlemen yang berkualitas dengan undang-undang yang berkualitas juga?

Buktinya sudah jelas, setelah 11 tahun reformasi, pembangunan Indonesia tidak mencapai apa-apa, tidak mengarah ke mana-mana.

* * *

Dalam sebuah wawancara, Lee Kuan Yew memberikan rahasia keberhasilan Singapura, yaitu: menjadi relevan. Singapura harus selalu bisa negara relevan dengan keadaan dunia.

Dalam masa imperialisme, Singapura adalah pelabuhan dagang bagi imperialis Inggris. Singapura menjadi pusat distribusi barang ke seluruh dunia. Setelah masa itu, banyak negara yang merdeka dan membuat infrastruktur perdagangan sendiri. Singapura harus menjadi relevan, yaitu dengan memposisikan diri sebagai pusat jasa, pariwisata dan industri teknologi tinggi.

Setelah itu Singapura terus mereposisikan diri untuk meningkatkan daya saingnya. Salah satunya produk inovasinya adalah dengan pariwisata medis yang diharapkan menghasilkan pendapatan tinggi dan menciptakan lapangan kerja baru.

Dalam masa krisis 2009 ini Singapura sangat terpukul dengan turunnya nilai ekspor terutama di sektor teknologi informasi. Dan Singapura sudah siap dengan rencana membuat jalan baru pertumbuhan melalui investasi di bidang farmasi, produk teknologi kesehatan sambil tetap menjaga Singapura sebagai pusat keuangan dan teknologi tinggi.

Untuk kemajuan bangsa kata kuncinya adalah menjadi relevan dengan keadaan dunia. Untuk menjadi relevan perlu orang yang hebat pula dalam mengurus negara. Dan untuk menghasilkan orang hebat perlu sistem yang kuat, suasana yang kondusif, persiapan yang lama dan uji pengalaman yang cukup.

Dan sistem demokrasi di Indonesia sekarang, sayangnya, tidak mengarahkan Indonesia menjadi relevan.

* * * * *

No comments: