* Catatan untuk pembuatan kebijakan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan Tahun 2009 sebagai tahun Indonesia Kreatif. Ini mengacu pada pengembangan 3 (tiga) bidang ekonomi kreatif unggulan, yaitu: fashion, kerajinan dan kriya. Dari sisi prioritas saat ini, pengembangan ekonomi kreatif sangat tidak tepat.
Sebagian besar tenaga kerja Indonesia adalah petani dan sampai saat ini baik soal produktifitas maupun potensi nilai tambah produk pertanian belum terurus dengan baik. Indonesia mengalami deindustrialisasi dengan semakin menurunnya pertumbuhan sektor industri. Selain itu masih sering dijumpai masalah industri kekurangan energi. Ini akibat kebijakan yang tidak sinkron antara pengembangan industri dan manajemen energi. Padahal semua masalah ini sangat besar pengaruhnya dalam menyerap tenaga kerja, yang akan berujung kepada kesejahteraan rakyat. Justru masalah-masalah seperti ini yang harus jadi prioritas utama pemerintah.
Pada akhir tahun 2006, Wakil Presiden Jusuf Kalla membuat terobosan dengan kebijakan 'industri mengikuti energi', dengan tahun 2007 sebagai awal kebijakan. Kebijakan ini akibat kesulitan industri nasional memperoleh energi, karena energi yang ada dijual keluar. Dampak kebijakan ini yang terbayang oleh kita adalah pembangunan kawasan industri besar-besaran.
Tapi di tahun 2008 kebijakan ini sudah tidak terdengar lagi. Kalau kita melihat Kebijakan Industri Nasional dalam Peraturan Presiden No. 28/2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, maka program 'industri mengikuti energi' ini sudah tidak disebut-sebut lagi.
Indonesia mengalami deindustrialisasi. Sebelum tahun 2007, industri di Indonesia sudah mengalami penurunan. Pertumbuhan yang terjadi selalu sekitar 5%. Bandingkan dengan pertumbuhan di masa Orde Baru dimana industri tumbuh sekitar 10%. Perkiraan untuk tahun 2008 adalah 4,8% dari target semula 7,4%.
Beberapa waktu lalu Wakil Presiden marah kepada Gubernur Kalimantan Selatan dan Direktur Utama Krakatau Steel yang gagal memenuhi target waktu pembangunan industri peleburan bijih besi di Banjarmasin, karena terganjal masalah administrasi. Ini menunjukkan industri yang diurus langsung Wapres saja bisa gagal, apalagi yang tidak.
Dengan berbagai masalah ini sungguh mengherankan mengapa pemerintah tidak segera mencanangkan, misalnya, tahun 2009 sebagai Tahun Restorasi Industri Nasional untuk menyegarkan program 'industri mengikuti energi'.
Contoh lain adalah baru-baru ini petani kelapa sawit kita dikejutkan dengan penurunan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasaran internasional. Petani kelabakan dan kesejahteraannya menurun.
Di lain pihak, Malaysia juga mengandalkan produksi kelapa sawit ini. Walaupun masalah yang dihadapi sama, namun Malaysia tidak kelabakan seperti Indonesia, karena 90% produksi CPO nya sudah diolah di dalam negeri. Sementara, Indonesia sebagian besar CPO Indonesia diekspor yang harganya sangat tergantung dengan keadaan pasar dunia. Bahkan ironisnya, industri di Indonesia harus mengimpor produk derivatif CPO ini.
Dengan keberhasilan Malaysia mengelola industri hulu dan hilir kelapa sawit, sungguh mengherankan mengapa pemerintah Indonesia tidak serius memanfaatkan potensi kelapa sawit. Sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia, pemerintah bisa mencanangkan tahun 2009, misalnya, sebagai tahun pengembangan industri hilir kelapa sawit.
* * *
Dalam manajemen ada yang disebut hot spot. Ini adalah titik yang mempunyai daya ungkit tinggi yang sangat mempengaruhi hasil pekerjaan. Semua sumberdaya seharusnya dikerahkan di lingkungan hot spot ini.
Di saat petani kita mengalami masalah harga komoditi, Indonesia mengalami deindustrialisasi, peghamburan potensi energi dan masalah pengangguran, maka hot spot nya adalah pembangunan industri pengolahan. Dengan fokus ini petani akan sejahtera, industri akan berkembang, jasa terkait akan berkembang dan pengangguran akan berkurang.
Sedangkan Industri kreatif seperti musik dan film bukan hot spot pembangunan. Industri ini tanpa bantuan pemerintah pun sudah bisa berkembang dengan baik.
Sifat kebijakan pemerintah sebaiknya fokus pada sedikit hal, namun diurus dengan serius. Jika terlalu banyak kebijakan, apalagi kebijakan itu berubah-ubah akan membingungkan dan hasilnya juga sulit dipantau.
Dalam suatu wawancara, Putera Sampoerna – seorang pegusaha sukses - pernah mengatakan sebaiknya Indonesia fokus pada 3 hal saja, yaitu: pertanian, kayu dan mineral. Pilihan ini sangat beralasan, karena sesuai potensi yang ada dan sangat bisa menyejahterakan rakyat.
Kalau pemerintah sudah fokus dan melaksanakannya secara konsisten, maka relatif mudah mengembangkan hal lain yang berkait. Industri jasa pasti akan berkembang mengikuti industri. Dunia pendidikan akan menemukan fokus kurikulum untuk menyediakan tenaga kerja yang ahli dan terampil.
Tahun 2009 Indonesia memang harus kreatif. Namun, kreatif dalam mengembangkan berbagai potensi yang memang sudah di depan mata dan berpengaruh besar dalam usaha menyejahterakan rakyat.
* * *
Friday, December 26, 2008
Friday, December 19, 2008
Lemparan Sepatu dan Kekalahan Arab
Bisakah lemparan sebuah sepatu dan teriakan anjing menghina Amerika Serikat (AS)? Tentu saja tidak, jauh panggang dari api. AS akan segera melupakan kasus sepatu ini. Justru kepada bangsa Arab kita bertanya apa yang bisa mereka lakukan kemudian?
Memang pelempar sepatu bukan mewakili bangsa Arab. Tapi tidak sedikit orang Arab menganggap sang pelempar sepatu sebagai pahlawan.
Ketika orang putus asa, merasa kalah, dan kehilangan pegangan, maka kepada sepatupun dia bisa berharap. Telapak kaki sebagai simbol penghinaan dan dilemparkan kepada musuh, diharapkan bisa mengobati luka batin. Dia mengira orang yang dilempar sepatu itu akan jatuh martabatnya. Dia mengira orang yang dilempari sepatu akan guncang.
Bangsa Arab mengalami luka batin. Mereka pernah berjaya menguasai jazirah, bahkan sebagian dunia. Tapi kini mereka terpuruk. Arab bukan apa-apa. Arab bukan siapa-siapa.
Di jaman modern sebenarnya Arab telah berusaha jaya kembali. Tapi yang mereka kejar adalah kejayaan militer ataupun pembangunan infrastruktur megah. Bukan kejayaan ekonomi, bukan kejayaan ilmu pengetahuan seperti yang pernah mereka miliki di masa lalu.
Arab tak berdaya ketika kolonialisme Barat berbagi wilayah jazirah Arab. Harga diri makin terguncang, ketika negara Israel terbentuk. Muncullah pahlawan Arab, Gamal Abdul Nasser, pemimpin Mesir yang menyatukan Arab untuk melawan Israel.
Tahun 1967 Presiden Irak, Abdul Rahman Aref, setelah penandatanganan kerjasama militer Pan Arabisme sesumbar: “Eksistensi Israel adalah suatu kesalahan sehingga harus diluruskan. Inilah kesempatan kami untuk menghapuskan noda yang memalukan sejak tahun 1948. Tujuan kami sangat jelas menghapus Israel dari peta dunia.”
Sebelum pasukan gabungan Arab bergerak, Israel mendahului serangan. Pasukan gabungan Arab dapat dirontokkan hanya dalam tempo 6 hari. Dan Israel berhasil menambah luas wilayahnya 42.000 mil persegi. Israel merebut Sinai dan Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Dunia Arab terguncang.
Tak lama setelah kekalahan ini, Nasser, sang pemimpin, meninggal dunia di usia yang sangat muda, 52 tahun. Ada analisis menarik dari PM Cina Zhou En-Lai mengenai sebab kematian Nasser. PM Zhou memberi tahu kepada delegasi Mesir yang bertandang, bahwa Nasser seharusnya tidak meninggal, karena sebagai presiden hebat, dia pasti akan mendapat perawatan terbaik. PM Zhou bilang Nasser meninggal karena mengalami patah hati dan frustasi setelah kehilangan dukungan dari Uni Soviet. Setelah kalah perang, Nasser memang frustasi, begitu pula dengan bangsa Arab.
Bangsa Arab memang tak kapok. Pemimpin Mesir berikutnya, Anwar Sadat, mengobarkan perang Yom Kippur tahun 1973. Mesir menyerbu dari Sinai, Suriah dari Dataran Tinggi Golan. Perang berhenti tak lama kemudian di saat pasukan Mesir telah kepayahan. Anwar Sadat berhasil menggalang dukungan internasional. Arab memang menang dalam diplomasi, tapi tetap saja Arab kalah perang.
* * *
Bangsa Arab memang gagal membangun dirinya sendiri. Kekayaan minyak memang meninabobokan. Kekolotan beragama menyebabkan kemunduran. Tidak hanya militer, bangsa Arab juga mundur secara politik, ekonomi, maupun ilmu pengetahuan.
Dalam buku The World is Flat, Thomas Friedman mengungkapkan beberapa data.
Tanggal 4 Januari 2004 melalui Osama bin Laden mengirim pesan yang direkam melalui Al Jazeera yang pada intinya: GDP Spanyol – bekas tanah jajahan Muslim - kini lebih besar dari gabungan 22 negara Arab dengan minyak yang melimpah.
Buku Kedua Arab Human Development Report ditulis tahun 2003 untuk United Nations Development Program mengungkapkan data kemunduran Arab.
Antara tahun 1980 – 1999, negara Arab menghasilkan 171 paten international, Korea Selatan pada periode yang sama menghasilkan 16.328 paten internasional. Hewlett Packard, perusahaan multinasional Amerika, mendaftarkan 11 paten baru setiap hari.
Ilmuan Arab yang bekerja di bidang penelitian dan pengembangan 371 per 1 juta orang, sementara rata-rata dunia Afrika, Asia, Amerika Latin adalah 971 per 1 juta. Penggunaaan komputer di negara-negara Arab 18 per 1000, rata-rata dunia 78 per 1000.
Arab yang tertinggal dalam peradaban ini, alih-alih mengejar pengetahuan, yang terjadi justru gencar membangun gedung dan infrastruktur megah. Apakah semua data kemunduran belum diketahui secara luas di dunia Arab? Jangan-jangan bangsa Arab mengira dengan membangun hotel megah tertinggi di dunia, Burj Al Arab, maka mereka telah merasa kembali jaya.
* * *
Sejauh ini nasib bangsa Arab belum berubah banyak. Tahun 1967 gabungan Arab berperang dengan cukup gagah melawan Israel. Dan bangsa Arab kalah. Kini di akhir tahun 2008, seorang jurnalis Arab melempar sepatu dengan cukup gagah pula kepada Presiden Amerika Serikat. Namun bangsa Arab tetap saja kalah.
Bangsa Arab harus segera mengakui kekalahannya dan belajar. Kemudian segera kerja keras melakukan perbaikan agar jaya kembali seperti di masa lalu.
* * *
Memang pelempar sepatu bukan mewakili bangsa Arab. Tapi tidak sedikit orang Arab menganggap sang pelempar sepatu sebagai pahlawan.
Ketika orang putus asa, merasa kalah, dan kehilangan pegangan, maka kepada sepatupun dia bisa berharap. Telapak kaki sebagai simbol penghinaan dan dilemparkan kepada musuh, diharapkan bisa mengobati luka batin. Dia mengira orang yang dilempar sepatu itu akan jatuh martabatnya. Dia mengira orang yang dilempari sepatu akan guncang.
Bangsa Arab mengalami luka batin. Mereka pernah berjaya menguasai jazirah, bahkan sebagian dunia. Tapi kini mereka terpuruk. Arab bukan apa-apa. Arab bukan siapa-siapa.
Di jaman modern sebenarnya Arab telah berusaha jaya kembali. Tapi yang mereka kejar adalah kejayaan militer ataupun pembangunan infrastruktur megah. Bukan kejayaan ekonomi, bukan kejayaan ilmu pengetahuan seperti yang pernah mereka miliki di masa lalu.
Arab tak berdaya ketika kolonialisme Barat berbagi wilayah jazirah Arab. Harga diri makin terguncang, ketika negara Israel terbentuk. Muncullah pahlawan Arab, Gamal Abdul Nasser, pemimpin Mesir yang menyatukan Arab untuk melawan Israel.
Tahun 1967 Presiden Irak, Abdul Rahman Aref, setelah penandatanganan kerjasama militer Pan Arabisme sesumbar: “Eksistensi Israel adalah suatu kesalahan sehingga harus diluruskan. Inilah kesempatan kami untuk menghapuskan noda yang memalukan sejak tahun 1948. Tujuan kami sangat jelas menghapus Israel dari peta dunia.”
Sebelum pasukan gabungan Arab bergerak, Israel mendahului serangan. Pasukan gabungan Arab dapat dirontokkan hanya dalam tempo 6 hari. Dan Israel berhasil menambah luas wilayahnya 42.000 mil persegi. Israel merebut Sinai dan Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Dunia Arab terguncang.
Tak lama setelah kekalahan ini, Nasser, sang pemimpin, meninggal dunia di usia yang sangat muda, 52 tahun. Ada analisis menarik dari PM Cina Zhou En-Lai mengenai sebab kematian Nasser. PM Zhou memberi tahu kepada delegasi Mesir yang bertandang, bahwa Nasser seharusnya tidak meninggal, karena sebagai presiden hebat, dia pasti akan mendapat perawatan terbaik. PM Zhou bilang Nasser meninggal karena mengalami patah hati dan frustasi setelah kehilangan dukungan dari Uni Soviet. Setelah kalah perang, Nasser memang frustasi, begitu pula dengan bangsa Arab.
Bangsa Arab memang tak kapok. Pemimpin Mesir berikutnya, Anwar Sadat, mengobarkan perang Yom Kippur tahun 1973. Mesir menyerbu dari Sinai, Suriah dari Dataran Tinggi Golan. Perang berhenti tak lama kemudian di saat pasukan Mesir telah kepayahan. Anwar Sadat berhasil menggalang dukungan internasional. Arab memang menang dalam diplomasi, tapi tetap saja Arab kalah perang.
* * *
Bangsa Arab memang gagal membangun dirinya sendiri. Kekayaan minyak memang meninabobokan. Kekolotan beragama menyebabkan kemunduran. Tidak hanya militer, bangsa Arab juga mundur secara politik, ekonomi, maupun ilmu pengetahuan.
Dalam buku The World is Flat, Thomas Friedman mengungkapkan beberapa data.
Tanggal 4 Januari 2004 melalui Osama bin Laden mengirim pesan yang direkam melalui Al Jazeera yang pada intinya: GDP Spanyol – bekas tanah jajahan Muslim - kini lebih besar dari gabungan 22 negara Arab dengan minyak yang melimpah.
Buku Kedua Arab Human Development Report ditulis tahun 2003 untuk United Nations Development Program mengungkapkan data kemunduran Arab.
Antara tahun 1980 – 1999, negara Arab menghasilkan 171 paten international, Korea Selatan pada periode yang sama menghasilkan 16.328 paten internasional. Hewlett Packard, perusahaan multinasional Amerika, mendaftarkan 11 paten baru setiap hari.
Ilmuan Arab yang bekerja di bidang penelitian dan pengembangan 371 per 1 juta orang, sementara rata-rata dunia Afrika, Asia, Amerika Latin adalah 971 per 1 juta. Penggunaaan komputer di negara-negara Arab 18 per 1000, rata-rata dunia 78 per 1000.
Arab yang tertinggal dalam peradaban ini, alih-alih mengejar pengetahuan, yang terjadi justru gencar membangun gedung dan infrastruktur megah. Apakah semua data kemunduran belum diketahui secara luas di dunia Arab? Jangan-jangan bangsa Arab mengira dengan membangun hotel megah tertinggi di dunia, Burj Al Arab, maka mereka telah merasa kembali jaya.
* * *
Sejauh ini nasib bangsa Arab belum berubah banyak. Tahun 1967 gabungan Arab berperang dengan cukup gagah melawan Israel. Dan bangsa Arab kalah. Kini di akhir tahun 2008, seorang jurnalis Arab melempar sepatu dengan cukup gagah pula kepada Presiden Amerika Serikat. Namun bangsa Arab tetap saja kalah.
Bangsa Arab harus segera mengakui kekalahannya dan belajar. Kemudian segera kerja keras melakukan perbaikan agar jaya kembali seperti di masa lalu.
* * *
Tuesday, December 16, 2008
Mahathir Mohamad
Mahathir memiliki tempat tersendiri di dalam sejarah. Tidak saja dalam sejarah Malaysia, tapi juga dalam sejarah pemerintahan negara Islam. Mahathir memiliki segudang prestasi. Dia berhasil mengatasi masalah etnis di Malaysia. Dia berhasil menaikkan harkat dan martabat etnis Melayu. Dia berhasil membangun Malaysia. Dia meletakkan Visi 2020 sebagai landasan gerak Malaysia untuk menjadi negara maju.
Mahathir adalah cermin kepemimpinan yang berani, cerdas, penuh percaya diri dan pragmatis. Kita bisa belajar banyak dari kepemimpinan Mahathir.
* * *
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Islam di Malaysia tahun 2003, kita dikejutkan ucapan ini: ''The Europeans killed 6 million Jews out of 12 million. But today the Jews rule this world by proxy: They get others to fight and die for them.'' Atau yang ini: “.... 1.3 billion Muslims cannot be defeated by a few million Jews. There must be a way.”
Rasanya inilah ucapan-ucapan provokatif Mahathir yang paling terkenal di dunia internasional. Namun, jangan salah ini hanyalah retorika. Mahathir adalah politikus ulung yang bisa menyeimbangkan retorika keras penuh kritik, dengan pragmatisme ekonomi. Semua kritikan ini tak punya pengaruh buruk pada perkembangan ekonomi Malaysia.
Siapakah Mahathir?
Mahathir lahir pada 10 Juli 1925, anak seorang guru bahasa Inggris. Di zaman Jepang, dia pernah menjual pisang goreng di pasar. Karir profesional dimulai sebagai dokter dan kemudian menjadi politisi yang bergabung dengan UMNO, organisasi politik etnis Melayu. Karir Mahathir naik menjadi anggota parlemen dengan predikat keras kepala dan pembangkang.
Ketika terjadi kerusuhan etnis di Malaysia antara etnis Cina yang kaya dengan Melayu yang miskin, Mahathir membuat surat terbuka yang mengkritik secara tajam kepemimpinan Perdana Menteri Malaysia waktu itu, Tunku Abdul Rahman, yang dinilai terlalu pro orang Cina. Akibatnya, Mahathir dipecat dari UMNO.
Seperti banyak orang besar lainnya, di masa kekosongan aktivitas, Mahathir menulis buku, Dilema Melayu. Dia menguraikan pemikirannya mengenai apa yang salah di Malaysia, sehingga terjadi kerusuhan etnis. Mungkin pas dengan profesinya sebagai dokter, Mahathir mendiagnosis masalah, baru kemudian menuliskan resep.
Mahathir berpendapat penyebab kerusuhan adalah orang Melayu sebagai penduduk asli terpinggirkan secara ekonomi dibandingkan dengan orang Cina.
Ini disebabkan lemahnya kemampuan etnis Melayu dalam menghadapi hidup. Perkawinan antar kerabat yang populer di kalangan etnis Melayu menghasilkan keturunan yang lemah. Selain itu kehidupan orang Melayu yang selalu dimanja oleh alam membuatnya kurang inisiatif. Kondisi ini membuat orang Melayu tak siap ketika harus berkompetisi dengan orang Cina pendatang yang ditempa oleh alam yang keras, perang saudara dan kekejaman birokrat.
Ketertinggalan Melayu inilah menjadi sumber masalah utama. Maka solusinya adalah melalui intervensi negara untuk membantu peningkatan ekonomi orang Melayu. Hasilnya, buku resep Mahathir ini dilarang terbit dan baru dicabut ketika Mahathir jadi perdana menteri.
Setelah masa rehabilitasi, Mahathir kembali ke UMNO dan menjadi seorang menteri pada masa pemerintahan Perdana Menteri Tun Abdul Razak. Dan pada akhirnya, setelah Perdana Menteri berikutnya Tun Hussein Onn mundur karena sakit, Mahathir dipilih menjadi pemimpin.
Mahathir memimpin Malaysia selama 22 tahun. Sejarah memberikan kesempatan kepadanya untuk melaksanakan apa yang menjadi pemikirannya selama ini.
Pembangunan ekonomi Malaysia adalah pembangunan yang dimotori oleh negara. Pembangunan ekonomi ini meliputi 2 hal, membangun ekonomi negara dan membangun ekonomi orang Melayu. Dalam program NEP (New Economic Policy), negara ikut campur dalam memajukan ekonomi orang Melayu dengan target 30% kepemilikan perusahaan oleh orang Melayu pada tahun 1990.
Tapi Mahathir bukan orang yang berpandangan sempit. Mahathir bukan penganut paham supremasi Melayu. Untuk membangun negara Mahathir melancarkan program Look East Policy dengan Jepang sebagai model utama pembangunan, termasuk pula model negara industri baru seperti Korea Selatan.
Dengan hubungan erat dengan Jepang, Mahathir membangun HICOM (Heavy Industries Corporation of Malaysia Berhad) yang terdiri dari pabrik semen, pengolahan besi, peleburan baja, pulp dan kertas. Termasuk membangun proyek prestisius: pabrik mobil PROTON kerjasama dengan Mitsubishi. Kemudian dalam pembangunan selanjutnya Malaysia juga mengundang investor teknologi tinggi untuk menanamkan modalnya di Malaysia. Hasrat mengikatkan Malaysia dengan teknologi tinggi ini tercermin kemudian dengan membangun Multimedia Super Corridor (MSC) yang akan membawa Malaysia ke era informasi.
Strategi pembangunan yang meniru Jepang dengan pemerintah sebagai motor dan hasrat terhadap teknologi tinggi ini berhasil memajukan Malaysia. Ini ditandai dengan perumbuhan ekonomi yang stabil dan tinggi, penurunan kemiskinan dan kenaikan harkat dan martabat etnis Melayu.
Setelah ketegangan etnis memudar, paling tidak etnis Melayu terlihat puas, Mahathir terus bergerak ke depan dengan Visi 2020. Suatu visi untuk Malaysia yang maju tidak hanya dalam dimensi ekonomi, tapi juga dalam dimensi politik, sosial, spiritual, psikologi dan budaya.
* * *
Mahathir itu berani. Jauh sebelum Pak Harto berani menolak bantuan Belanda, Mahathir telah melakukannya. Mahathir pernah menolak menghadiri pertemuan kepala negara anggota persemakmuran bekas jajahan Inggris, karena menganggap forum itu tidak ada gunanya.
Mahathir terus berseteru dengan kerajaan Inggris, ketika terjadi masalah dengan hak mendarat maskapai penerbangan Malaysia Airlines di London. Ketika Inggris mencabut status preferential trade benefit bagi Malaysia yang dibalas dengan kontan dengan kebijakan “Buy British Last” yang menganaktirikan produk barang dan jasa Inggris di Malaysia.
Tapi semua keberanian ini tidak konyol. Keberanian ini bukan sekedar gagah-gagahan pemimpin bangsa yang akhirnya menyengsarakan rakyatnya. Sebagai ganti hubungan dengan Inggris, Mahathir merangkul Jepang. Sama seperti retorikanya yang mengecam Barat dan Yahudi hampir tidak ada pengaruhnya secara ekonomi terhadap rakyat Malaysia.
Mahathir itu memiliki analisis yang tajam. Ketika etnis Melayu terpinggirkan dan “run amok”, secara jitu menganalisis apa yang menjadi penyebabnya, sekaligus memberi resep apa yang harus dilakukan.
Di sini juga terlihat keberanian Mahathir. Analisis Mahathir ini berbeda dengan nilai umum dimana semua orang harus diperlakukan setara. Dalam kasus hubungan etnis Melayu dan Cina yang harus dilakukan adalah justru memberikan perlakuan yang berbeda. Ini membuat Mahathir dituduh rasialis. Tapi bagaimanapun resep Mahathir ini manjur.
Mahathir seharusnya juga mendapat Nobel Ekonomi, karena keahliannya di bidang ekonomi. Prestasi pertama Mahathir adalah berhasil membangun ekonomi Malaysia dan memberantas kemiskinan. Prestasi kedua adalah berhasil melewati krisis dengan cara sendiri, bukan dengan menjadi budak intelektual Barat.
Berbeda dengan negara Asia lain yang terkena krisis, banyak negara yang bertekuk lutut dan kehilangan kepercayaan diri sehingga menelan bulat-bulat resep IMF. Mahathir melakukan hal yang berlawan dengan resep IMF. Mahathir berani menghajar spekulan dengan mengontrol yang modal yang keluar masuk Malaysia dan mematok nilai ringgit terhadap dolar.
Malaysia secara gilang gemilang berhasil keluar dari krisis. Sementara beberapa negara yang dibantu IMF justru malah terseok-seok. Sekali lagi membuktikan ketajaman analisis dan keberanian membuat Mahathir menang.
Pelajaran terakhir dari Mahathir adalah pragmatisme. Di tengah-tengah mayoritas Muslim dan simbol-simbol Islam di mana-mana, ada judi di Genting Highlands! Muslim memang bisa berdamai dengan apa saja. Yang terpenting diatur sehingga menguntungkan bagi semua.
* * *
Mahathir telah mundur dari jabatannya. Namun Mahathir tetap saja seperti dulu. Seorang pembangkang dan selalu teriak jika melihat keadaan yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Selain memecat Anwar Ibrahim secara kejam, mungkin ini kelemahan lainnya. Mahathir tidak elegan di masa dia seharusnya menjadi negarawan yang arif, lebih banyak diam dan memberikan kesempatan penerusnya untuk bekerja.
Tapi apapun kelemahannya, Mahathir telah meninggalkan jejak indah yang tak terhapus dan selalu bisa menjadi inspirasi kita semua.
* * *
Mahathir adalah cermin kepemimpinan yang berani, cerdas, penuh percaya diri dan pragmatis. Kita bisa belajar banyak dari kepemimpinan Mahathir.
* * *
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Islam di Malaysia tahun 2003, kita dikejutkan ucapan ini: ''The Europeans killed 6 million Jews out of 12 million. But today the Jews rule this world by proxy: They get others to fight and die for them.'' Atau yang ini: “.... 1.3 billion Muslims cannot be defeated by a few million Jews. There must be a way.”
Rasanya inilah ucapan-ucapan provokatif Mahathir yang paling terkenal di dunia internasional. Namun, jangan salah ini hanyalah retorika. Mahathir adalah politikus ulung yang bisa menyeimbangkan retorika keras penuh kritik, dengan pragmatisme ekonomi. Semua kritikan ini tak punya pengaruh buruk pada perkembangan ekonomi Malaysia.
Siapakah Mahathir?
Mahathir lahir pada 10 Juli 1925, anak seorang guru bahasa Inggris. Di zaman Jepang, dia pernah menjual pisang goreng di pasar. Karir profesional dimulai sebagai dokter dan kemudian menjadi politisi yang bergabung dengan UMNO, organisasi politik etnis Melayu. Karir Mahathir naik menjadi anggota parlemen dengan predikat keras kepala dan pembangkang.
Ketika terjadi kerusuhan etnis di Malaysia antara etnis Cina yang kaya dengan Melayu yang miskin, Mahathir membuat surat terbuka yang mengkritik secara tajam kepemimpinan Perdana Menteri Malaysia waktu itu, Tunku Abdul Rahman, yang dinilai terlalu pro orang Cina. Akibatnya, Mahathir dipecat dari UMNO.
Seperti banyak orang besar lainnya, di masa kekosongan aktivitas, Mahathir menulis buku, Dilema Melayu. Dia menguraikan pemikirannya mengenai apa yang salah di Malaysia, sehingga terjadi kerusuhan etnis. Mungkin pas dengan profesinya sebagai dokter, Mahathir mendiagnosis masalah, baru kemudian menuliskan resep.
Mahathir berpendapat penyebab kerusuhan adalah orang Melayu sebagai penduduk asli terpinggirkan secara ekonomi dibandingkan dengan orang Cina.
Ini disebabkan lemahnya kemampuan etnis Melayu dalam menghadapi hidup. Perkawinan antar kerabat yang populer di kalangan etnis Melayu menghasilkan keturunan yang lemah. Selain itu kehidupan orang Melayu yang selalu dimanja oleh alam membuatnya kurang inisiatif. Kondisi ini membuat orang Melayu tak siap ketika harus berkompetisi dengan orang Cina pendatang yang ditempa oleh alam yang keras, perang saudara dan kekejaman birokrat.
Ketertinggalan Melayu inilah menjadi sumber masalah utama. Maka solusinya adalah melalui intervensi negara untuk membantu peningkatan ekonomi orang Melayu. Hasilnya, buku resep Mahathir ini dilarang terbit dan baru dicabut ketika Mahathir jadi perdana menteri.
Setelah masa rehabilitasi, Mahathir kembali ke UMNO dan menjadi seorang menteri pada masa pemerintahan Perdana Menteri Tun Abdul Razak. Dan pada akhirnya, setelah Perdana Menteri berikutnya Tun Hussein Onn mundur karena sakit, Mahathir dipilih menjadi pemimpin.
Mahathir memimpin Malaysia selama 22 tahun. Sejarah memberikan kesempatan kepadanya untuk melaksanakan apa yang menjadi pemikirannya selama ini.
Pembangunan ekonomi Malaysia adalah pembangunan yang dimotori oleh negara. Pembangunan ekonomi ini meliputi 2 hal, membangun ekonomi negara dan membangun ekonomi orang Melayu. Dalam program NEP (New Economic Policy), negara ikut campur dalam memajukan ekonomi orang Melayu dengan target 30% kepemilikan perusahaan oleh orang Melayu pada tahun 1990.
Tapi Mahathir bukan orang yang berpandangan sempit. Mahathir bukan penganut paham supremasi Melayu. Untuk membangun negara Mahathir melancarkan program Look East Policy dengan Jepang sebagai model utama pembangunan, termasuk pula model negara industri baru seperti Korea Selatan.
Dengan hubungan erat dengan Jepang, Mahathir membangun HICOM (Heavy Industries Corporation of Malaysia Berhad) yang terdiri dari pabrik semen, pengolahan besi, peleburan baja, pulp dan kertas. Termasuk membangun proyek prestisius: pabrik mobil PROTON kerjasama dengan Mitsubishi. Kemudian dalam pembangunan selanjutnya Malaysia juga mengundang investor teknologi tinggi untuk menanamkan modalnya di Malaysia. Hasrat mengikatkan Malaysia dengan teknologi tinggi ini tercermin kemudian dengan membangun Multimedia Super Corridor (MSC) yang akan membawa Malaysia ke era informasi.
Strategi pembangunan yang meniru Jepang dengan pemerintah sebagai motor dan hasrat terhadap teknologi tinggi ini berhasil memajukan Malaysia. Ini ditandai dengan perumbuhan ekonomi yang stabil dan tinggi, penurunan kemiskinan dan kenaikan harkat dan martabat etnis Melayu.
Setelah ketegangan etnis memudar, paling tidak etnis Melayu terlihat puas, Mahathir terus bergerak ke depan dengan Visi 2020. Suatu visi untuk Malaysia yang maju tidak hanya dalam dimensi ekonomi, tapi juga dalam dimensi politik, sosial, spiritual, psikologi dan budaya.
* * *
Mahathir itu berani. Jauh sebelum Pak Harto berani menolak bantuan Belanda, Mahathir telah melakukannya. Mahathir pernah menolak menghadiri pertemuan kepala negara anggota persemakmuran bekas jajahan Inggris, karena menganggap forum itu tidak ada gunanya.
Mahathir terus berseteru dengan kerajaan Inggris, ketika terjadi masalah dengan hak mendarat maskapai penerbangan Malaysia Airlines di London. Ketika Inggris mencabut status preferential trade benefit bagi Malaysia yang dibalas dengan kontan dengan kebijakan “Buy British Last” yang menganaktirikan produk barang dan jasa Inggris di Malaysia.
Tapi semua keberanian ini tidak konyol. Keberanian ini bukan sekedar gagah-gagahan pemimpin bangsa yang akhirnya menyengsarakan rakyatnya. Sebagai ganti hubungan dengan Inggris, Mahathir merangkul Jepang. Sama seperti retorikanya yang mengecam Barat dan Yahudi hampir tidak ada pengaruhnya secara ekonomi terhadap rakyat Malaysia.
Mahathir itu memiliki analisis yang tajam. Ketika etnis Melayu terpinggirkan dan “run amok”, secara jitu menganalisis apa yang menjadi penyebabnya, sekaligus memberi resep apa yang harus dilakukan.
Di sini juga terlihat keberanian Mahathir. Analisis Mahathir ini berbeda dengan nilai umum dimana semua orang harus diperlakukan setara. Dalam kasus hubungan etnis Melayu dan Cina yang harus dilakukan adalah justru memberikan perlakuan yang berbeda. Ini membuat Mahathir dituduh rasialis. Tapi bagaimanapun resep Mahathir ini manjur.
Mahathir seharusnya juga mendapat Nobel Ekonomi, karena keahliannya di bidang ekonomi. Prestasi pertama Mahathir adalah berhasil membangun ekonomi Malaysia dan memberantas kemiskinan. Prestasi kedua adalah berhasil melewati krisis dengan cara sendiri, bukan dengan menjadi budak intelektual Barat.
Berbeda dengan negara Asia lain yang terkena krisis, banyak negara yang bertekuk lutut dan kehilangan kepercayaan diri sehingga menelan bulat-bulat resep IMF. Mahathir melakukan hal yang berlawan dengan resep IMF. Mahathir berani menghajar spekulan dengan mengontrol yang modal yang keluar masuk Malaysia dan mematok nilai ringgit terhadap dolar.
Malaysia secara gilang gemilang berhasil keluar dari krisis. Sementara beberapa negara yang dibantu IMF justru malah terseok-seok. Sekali lagi membuktikan ketajaman analisis dan keberanian membuat Mahathir menang.
Pelajaran terakhir dari Mahathir adalah pragmatisme. Di tengah-tengah mayoritas Muslim dan simbol-simbol Islam di mana-mana, ada judi di Genting Highlands! Muslim memang bisa berdamai dengan apa saja. Yang terpenting diatur sehingga menguntungkan bagi semua.
* * *
Mahathir telah mundur dari jabatannya. Namun Mahathir tetap saja seperti dulu. Seorang pembangkang dan selalu teriak jika melihat keadaan yang tidak sesuai dengan pemikirannya. Selain memecat Anwar Ibrahim secara kejam, mungkin ini kelemahan lainnya. Mahathir tidak elegan di masa dia seharusnya menjadi negarawan yang arif, lebih banyak diam dan memberikan kesempatan penerusnya untuk bekerja.
Tapi apapun kelemahannya, Mahathir telah meninggalkan jejak indah yang tak terhapus dan selalu bisa menjadi inspirasi kita semua.
* * *
Thursday, December 11, 2008
Fadel for President
* Presiden sebaiknya berasal dari gubernur hebat
Kita rindu pemimpin baru yang “fresh”, yang bisa segera membawa perubahan bagi bangsa ini. Kita bosan dengan sindrom 4 L: lu lagi lu lagi. Kita juga sudah bosan dengan argumen tak bermutu bahwa pemimpin harus orang muda. Kita tak peduli presiden itu tua atau muda, laki-laki atau perempuan, yang terpenting dia harus bisa mensejahterakan rakyatnya.
Adakah calon pemimpin yang menjanjikan bagi Indonesia?
Pramudya Ananta Toer pernah bersabda: pemimpin itu harus memenuhi 2 syarat, yaitu: punya wawasan dan punya prestasi. Saya perlu menambahkan satu hal lagi yaitu: pemimpin harus punya visi, punya hal penting yang diperjuangkan, yang berpengaruh bagi kesejahteraan orang yang dipimpinnya.
Fadel memiliki semua ini. Sehingga Fadel pantas menjadi calon presiden RI tahun 2009 – 2014.
Fadel Muhammad lahir di Ternate 20 Mei 1952. Lulusan ITB ini, lama berkecimpung di dunia usaha dan dunia politik, khususnya di Golkar.
Prestasi terbesar Fadel adalah sukses sebagai gubernur Gorontalo 2 periode, yaitu 2001 – 2006 dan 2006 – 2011. Dan untuk pemilihan kedua masuk dalam rekor MURI sebagai gubernur dengan dukungan suara terbanyak, 81% suara.
Fadel mengembangkan Gorontalo seperti layaknya memimpin perusahaan, entrepreneurial government. Fadel menganggap dirinya Chief Executive Officer (CEO), sementara sekretaris daerahnya sebagai Chief Operating Officer (COO).
Gebrakan kebijakan awalnya saja sudah menjanjikan dan probisnis yaitu dengan mengusung Perda Kemudahan Investasi (Perda No. 2 Tahun 2004).
Yang membuat Fadel beda adalah sejak awal dia sudah fokus pada sedikit program, tapi diterapkan sungguh-sungguh dan komprehensif, yaitu pengembangan komoditi jagung. Secara teknis jagung memang cocok dikembangkan di Gorontalo. Dan analisis menunjukkan kebutuhan jagung dunia akan meningkat, bahkan akan melebihi kebutuhan beras dan gandum pada tahun 2020. Bahkan sekarang pun pasokan kebutuhan jagung dunia masih kurang.
Sampai di sini terlihat betapa cerdasnya kebijakan ini. Kebijakan pemerintah itu tak perlu banyak-banyak, namun yang penting pelaksanaannya genah dan sungguh-sungguh.
Fadel juga all out mengembangkan jagung ini. Seluruh aspek seperti pembangunan infrastruktur, perbankan dan pelatihan bagi aparat dilakukan untuk mendukung suksesnya pengembangan jagung ini.
Pada awal Fadel menjabat, produksi jagung adalah 50 ribu ton, sekarang sudah 750 ton. Jagung Grontalo sekarang telah diekspor ke Malaysia dan Korea Selatan. Ke depan target produksi jagung 1 juta ton. Sampai-sampai Presiden Gambia belajar ke Gorontalo untuk pengembangan jagung ini.
Secara ringkas prestasi Fadel adalah:
a) Pertumbuhan ekonomi Gorontalo 7,35% lebih tinggi dibanding rata-rata nasional.
b) Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto juga tertinggi, yaitu versi Bappenas 8,1%, sedangkan rata-rata nasional 5,1%.
c) Pendapatan per kapita Gorontalo pun meningkat di atas rata-rata.
d) Nilai investasi yang masuk ke Gorontalo sekitar Rp 3 triliun lebih, padahal lima tahun lalu hanya Rp 200-300 miliar. Jadi, tumbuh 1000% dalam lima tahun.
***
Presiden RI berikutnya sebaiknya dipilih dari gubernur yang berprestasi. Jabatan gubernur adalah tempat seleksi bagus bagi seseorang untuk membuktikan kepemimpinannya. Bangsa Amerika Serikat melakukannya, bangsa Cina juga melakukannya. Pemimpin bangsa harus diseleksi secara meritokrasi.
Indonesia itu penuh potensi. Tapi Indonesia juga butuh pemimpin yang bervisi jelas yang bisa memanfaatkan potensi itu. Yang paling terlihat sekarang adalah kurangnya fokus kebijakan, apalagi menerapkannya sungguh-sungguh. Kita bingung, bagaimana sih pemerintah mengelola energi, sehingga program energi kita tidak kacau balau seperti sekarang ini? Bagaimana sih pemerintah mengelola potensi kehutanan kita, mengelola potensi pertanian, mengembangkan pembangunan di luar pulau Jawa, dsb, dsb?
Kita butuh orang yang benar-benar tahu seluk beluk cara memimpin birokrasi dan cara mengerahkan sumber daya, dan terutama cara mensejahterakan rakyat. Kita tak butuh orang yang mengandalkan retorika ataupun sekedar mengandalkan karisma. Maka dari itu calon pemimpin Indonesia yang 1 spesies dengan Obama yang bertumpu pada faktor kepribadian yang hebat, tidak cocok dengan kebutuhan bangsa Indonesia.
Pertanyaan kita sekarang, apakah rakyat kita, sistem demokrasi kita, memberikan kesempatan pada Fadel? Sejarah akan menjawabnya.
Kita rindu pemimpin baru yang “fresh”, yang bisa segera membawa perubahan bagi bangsa ini. Kita bosan dengan sindrom 4 L: lu lagi lu lagi. Kita juga sudah bosan dengan argumen tak bermutu bahwa pemimpin harus orang muda. Kita tak peduli presiden itu tua atau muda, laki-laki atau perempuan, yang terpenting dia harus bisa mensejahterakan rakyatnya.
Adakah calon pemimpin yang menjanjikan bagi Indonesia?
Pramudya Ananta Toer pernah bersabda: pemimpin itu harus memenuhi 2 syarat, yaitu: punya wawasan dan punya prestasi. Saya perlu menambahkan satu hal lagi yaitu: pemimpin harus punya visi, punya hal penting yang diperjuangkan, yang berpengaruh bagi kesejahteraan orang yang dipimpinnya.
Fadel memiliki semua ini. Sehingga Fadel pantas menjadi calon presiden RI tahun 2009 – 2014.
Fadel Muhammad lahir di Ternate 20 Mei 1952. Lulusan ITB ini, lama berkecimpung di dunia usaha dan dunia politik, khususnya di Golkar.
Prestasi terbesar Fadel adalah sukses sebagai gubernur Gorontalo 2 periode, yaitu 2001 – 2006 dan 2006 – 2011. Dan untuk pemilihan kedua masuk dalam rekor MURI sebagai gubernur dengan dukungan suara terbanyak, 81% suara.
Fadel mengembangkan Gorontalo seperti layaknya memimpin perusahaan, entrepreneurial government. Fadel menganggap dirinya Chief Executive Officer (CEO), sementara sekretaris daerahnya sebagai Chief Operating Officer (COO).
Gebrakan kebijakan awalnya saja sudah menjanjikan dan probisnis yaitu dengan mengusung Perda Kemudahan Investasi (Perda No. 2 Tahun 2004).
Yang membuat Fadel beda adalah sejak awal dia sudah fokus pada sedikit program, tapi diterapkan sungguh-sungguh dan komprehensif, yaitu pengembangan komoditi jagung. Secara teknis jagung memang cocok dikembangkan di Gorontalo. Dan analisis menunjukkan kebutuhan jagung dunia akan meningkat, bahkan akan melebihi kebutuhan beras dan gandum pada tahun 2020. Bahkan sekarang pun pasokan kebutuhan jagung dunia masih kurang.
Sampai di sini terlihat betapa cerdasnya kebijakan ini. Kebijakan pemerintah itu tak perlu banyak-banyak, namun yang penting pelaksanaannya genah dan sungguh-sungguh.
Fadel juga all out mengembangkan jagung ini. Seluruh aspek seperti pembangunan infrastruktur, perbankan dan pelatihan bagi aparat dilakukan untuk mendukung suksesnya pengembangan jagung ini.
Pada awal Fadel menjabat, produksi jagung adalah 50 ribu ton, sekarang sudah 750 ton. Jagung Grontalo sekarang telah diekspor ke Malaysia dan Korea Selatan. Ke depan target produksi jagung 1 juta ton. Sampai-sampai Presiden Gambia belajar ke Gorontalo untuk pengembangan jagung ini.
Secara ringkas prestasi Fadel adalah:
a) Pertumbuhan ekonomi Gorontalo 7,35% lebih tinggi dibanding rata-rata nasional.
b) Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto juga tertinggi, yaitu versi Bappenas 8,1%, sedangkan rata-rata nasional 5,1%.
c) Pendapatan per kapita Gorontalo pun meningkat di atas rata-rata.
d) Nilai investasi yang masuk ke Gorontalo sekitar Rp 3 triliun lebih, padahal lima tahun lalu hanya Rp 200-300 miliar. Jadi, tumbuh 1000% dalam lima tahun.
***
Presiden RI berikutnya sebaiknya dipilih dari gubernur yang berprestasi. Jabatan gubernur adalah tempat seleksi bagus bagi seseorang untuk membuktikan kepemimpinannya. Bangsa Amerika Serikat melakukannya, bangsa Cina juga melakukannya. Pemimpin bangsa harus diseleksi secara meritokrasi.
Indonesia itu penuh potensi. Tapi Indonesia juga butuh pemimpin yang bervisi jelas yang bisa memanfaatkan potensi itu. Yang paling terlihat sekarang adalah kurangnya fokus kebijakan, apalagi menerapkannya sungguh-sungguh. Kita bingung, bagaimana sih pemerintah mengelola energi, sehingga program energi kita tidak kacau balau seperti sekarang ini? Bagaimana sih pemerintah mengelola potensi kehutanan kita, mengelola potensi pertanian, mengembangkan pembangunan di luar pulau Jawa, dsb, dsb?
Kita butuh orang yang benar-benar tahu seluk beluk cara memimpin birokrasi dan cara mengerahkan sumber daya, dan terutama cara mensejahterakan rakyat. Kita tak butuh orang yang mengandalkan retorika ataupun sekedar mengandalkan karisma. Maka dari itu calon pemimpin Indonesia yang 1 spesies dengan Obama yang bertumpu pada faktor kepribadian yang hebat, tidak cocok dengan kebutuhan bangsa Indonesia.
Pertanyaan kita sekarang, apakah rakyat kita, sistem demokrasi kita, memberikan kesempatan pada Fadel? Sejarah akan menjawabnya.
Wednesday, December 10, 2008
Makna Sholat
Sebagai Muslim kita diwajibkan sholat. Kita menganggap ini adalah perintah dari Allah SWT, sehingga kita biasanya taat begitu saja. Apakah shalat ini memiliki makna praktis dari sudut pandang pengetahuan modern yang bergantung pada akal sehat?
Sholat memang memiliki makna praktis. Paling tidak ada 3 (tiga) makna praktis, yaitu:
1) Sholat melatih kedisiplinan.
Dengan sholat Muslim akan terbiasa mengatur waktu, karena sholat hanya bisa dilakukan di waktu-waktu tertentu. Sholat juga mengajarkan komitmen tinggi. Sholat shubuh hanya bisa dilakukan dengan kedisiplinan karena setiap Muslim harus mengalahkan godaan rasa ngantuk.
Disiplin ini penting, karena eksekusi/pelaksanaan suatu rencana hanya bisa berhasil kalau disertai kedisiplinan.
2) Sholat mengatur waktu kerja sesuai persediaan energi
Waktu sholat diatur sedemikian indahnya. Waktu shubuh (antara jam 4 – 5) adalah waktu permulaan kita melaksanakan pekerjaan. Karena masih segar maka shalat berikutnya adalah sinag hari ketika kita mulai lelah (antara jam 11 – 12). Kemudian jarak waktu sholat berikutnya lebih pendek yaitu ashar (antara jam 15 – 16). Setelah itu jaraknya makin pendek lagi karena energi kita makin menepis kita shalat maghrib (anatara jam 17-18). Lalu semua ini – sebelum tidur - kita tutup dengan shalat Isya (antara jam 19 – 20).
Terlihat semua waktu itu seperti diatur dengan baiknya. Pada saat energi kita besar jarak sholat besar, sementara ketika kita sudah lelah jarak sholat makin pendek. Dan kita melalukan sholat ini pada saat memulai hari dan pada saat menutup hari.
3) Sholat menjaga pikiran kita untuk tetap di gelombang alpha
Teori modern mengatakan pikiran kita sangat baik ketika berada di kondisi alpha. Kondisi adalah kondisi yang relaks namun waspada. Jadi kita berada di antara konsentrasi dan santai.
Sholat adalah tempat kita mengoreksi diri kita ketika mengarungi fakta kehidupan untuk kembali ke kondisi alpha. Sholat adalah pemulihan. Sholat adalah relaksasi ketika kita secara sadar berserah diri.
Dalam sholat juga ada doa. Doa itu harapan. Doa itu visi. Di sinilah semua program kehidupan pribadi itu bisa ditata ulang, ditinjau kembali dikoreksi ataupun justru dikuatkan.
Sholat memang memiliki makna praktis. Paling tidak ada 3 (tiga) makna praktis, yaitu:
1) Sholat melatih kedisiplinan.
Dengan sholat Muslim akan terbiasa mengatur waktu, karena sholat hanya bisa dilakukan di waktu-waktu tertentu. Sholat juga mengajarkan komitmen tinggi. Sholat shubuh hanya bisa dilakukan dengan kedisiplinan karena setiap Muslim harus mengalahkan godaan rasa ngantuk.
Disiplin ini penting, karena eksekusi/pelaksanaan suatu rencana hanya bisa berhasil kalau disertai kedisiplinan.
2) Sholat mengatur waktu kerja sesuai persediaan energi
Waktu sholat diatur sedemikian indahnya. Waktu shubuh (antara jam 4 – 5) adalah waktu permulaan kita melaksanakan pekerjaan. Karena masih segar maka shalat berikutnya adalah sinag hari ketika kita mulai lelah (antara jam 11 – 12). Kemudian jarak waktu sholat berikutnya lebih pendek yaitu ashar (antara jam 15 – 16). Setelah itu jaraknya makin pendek lagi karena energi kita makin menepis kita shalat maghrib (anatara jam 17-18). Lalu semua ini – sebelum tidur - kita tutup dengan shalat Isya (antara jam 19 – 20).
Terlihat semua waktu itu seperti diatur dengan baiknya. Pada saat energi kita besar jarak sholat besar, sementara ketika kita sudah lelah jarak sholat makin pendek. Dan kita melalukan sholat ini pada saat memulai hari dan pada saat menutup hari.
3) Sholat menjaga pikiran kita untuk tetap di gelombang alpha
Teori modern mengatakan pikiran kita sangat baik ketika berada di kondisi alpha. Kondisi adalah kondisi yang relaks namun waspada. Jadi kita berada di antara konsentrasi dan santai.
Sholat adalah tempat kita mengoreksi diri kita ketika mengarungi fakta kehidupan untuk kembali ke kondisi alpha. Sholat adalah pemulihan. Sholat adalah relaksasi ketika kita secara sadar berserah diri.
Dalam sholat juga ada doa. Doa itu harapan. Doa itu visi. Di sinilah semua program kehidupan pribadi itu bisa ditata ulang, ditinjau kembali dikoreksi ataupun justru dikuatkan.
Wednesday, December 3, 2008
Memahami Terorisme dari Dunia Islam
Mengapa selalu ada muncul terorisme dari kalangan dunia Islam? Dan pertanyaan yang menggoda mengapa terorisme sekarang justru dilakukan oleh orang yang berpendidikan tinggi yang menguasai ilmu modern dan sangat punya potensi untuk hidup senang? Mengapa ketika "elit" dunia Islam mengumumkan toleransi, menentang teror, tapi justru teror tidak berhenti?
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan:
1. Kemarahan dapat melahirkan kekerasan
Kaum Muslim seluruh dunia mungkin dalam keadaan marah terhadap keadaan dunia yang tidak sesuai harapan maupun kemarahan terhadap penghinaan.
Ketika bangsa Jerman yang kalah perang dunia pertama dan dihinakan dalam perjanjian Versailles. Bangsa Jerman marah dan berontak. Penderitaan ini mengarahkan bangsa Jerman ke Hitler yang menjanjikan kemulian bangsa Jerman di dunia ini.
Begitulah yang terjadi dunia Islam. Negara-negara Muslim itu sangat rapuh sehingga menjadi sasaran penghinaan ekonomi maupun militer bagi negara-negara barat. Kekayaan sumberdaya alam begitu gampang dikuras, negara sangat mudah diserang dengan alasan apapun. Seperti halnya bangsa Jerman yang berpaling ke Hitler, Keadaan ini memudahkan sebagian Muslim berpaling kepada Osama bin Laden.
Penghinaan ini semakin menyakitkan ketika orang Islam mengaitkan dunia hari ini dengan dunia ketika Muslim berjaya. Maka makin sesaklah dada orang-orang Islam. Doktrin bahwa ada hukum agung dari Tuhan yang diturunkan kepada Nabi yang kemudian diwariskan kepada Muslim terbentur dengan kenyataan masa kini di mana dunia Islam mundur.
2. Kebodohan sebagian Muslim dalam bereaksi
Dulu Cina dan Korea Selatan dijajah Jepang. Jepang membunuh, menghancurkan rumah, memperkosa wanita di kedua wilayah itu. Penghinaan itu masih diingat samapai sekarang. Lalu apakah Cina dan Korea sampai saat ini membenci Jepang? Tentu saja iya. Tapi apakah kebencian itu melahirkan kekerasan? Ternyata tidak. Alih-alih Cina dan Korea Selatan mengajak Jepang berperang, mereka justru mau belajar dari kehebatan bangsa Jepang. Penjajahan Jepang di Cina justru ada hikmahnya di Cina, ketika sebagian penduduk bisa berbahasa Jepang dan mengenal kebudayaan Jepang, sehingga mengundang investor dari Jepang menanamkan modalnya di Cina. Di Korea Selatan ada daerah yang sangat dekat dengan Jepang. Industri Korea "membajak" ahli dari Jepang untuk membantu perusahaan mereka di akhir minggu!
Dunia Islam dihinakan. Dunia Muslim dilecehkan. Barat bisa mendiktekan apa saja. Tapi mengapa orang-orang Islam tidak menyalurkan kebencian mereka, seperti halnya orang-orang Cina dan Korea itu?
3. Globalisasi 3.0
Dua minggu sebelum teror di Mumbai, 6000 ulama Islam berkumpul di Hyderabad bikin pengumuman Islam menentang teror.
Thomas Friedman membagi globalisasi menjadi 3 tahap sesuai dengan jaman. Globalisasi 1.0 adalah ketika negara berperan. Imperialisme oleh negara. Globalisasi 2.0 adalah ketika perusahaan multi nasional yang berperan. Imperialisme ekonomi oleh perusahaan. Kemudian datanglah masa Globalisasi 3.0, ketika yang paling berkuasa adalah individu.
Arah dunia dengan Globalisasi 3.0 memang berpihak kepada terorisme Muslim. Globalisasi 3.0 yang didukung dengan kemajuan teknologi informasi sangat memudahkan sekelompok kecil orang untuk mengekspresikan tujuannya, pandangannya.
Ketika bangsa Jerman marah, dengan dukungan penguasaan mereka terhadap teknologi mereka bisa secara jantan melawan rekan kapitalis mereka. Mereka berani berperang negara lawan negara.
Sebaliknya kebodohan dan ketidakmampuan dunia Muslim tidak memungkinkan Muslim menentang negara lawan negara. Mereka marah, mereka melawan melalui terorisme. Secara sembunyi-sembunyi dan oleh sekelompok kecil orang.
Jadi "perlawanan bodoh" sebagian orang Islam ini "diselamatkan" oleh Globalisasi 3.0 yang justru diciptakan oleh barat sendiri. Senjata makan tuan rupanya.
***
Dengan memahami ketiga hal ini akan membantu kita mencegah terorisme. Kebijakan "war on terror" ala Bush PASTI gagal. Justru menambah bahan bakar kemarahan dunia Muslim. Konferensi-konferensi antar elit, petinggi dunia Islam dengan himbauan tidak melakukan teror tidak akan pernah efektif.
Tapi semua ini hanya bisa diselamatkan oleh pemimpin Islam di tingkat negara, yaitu dengan 1 hal saja: mensejahterakan rakyatnya lahir batin. Pasti semua beres. Individu yang sehat lahir batin takkan pernah ingin membunuh orang yang tidak berdosa!
*****
Ada 3 hal yang perlu diperhatikan:
1. Kemarahan dapat melahirkan kekerasan
Kaum Muslim seluruh dunia mungkin dalam keadaan marah terhadap keadaan dunia yang tidak sesuai harapan maupun kemarahan terhadap penghinaan.
Ketika bangsa Jerman yang kalah perang dunia pertama dan dihinakan dalam perjanjian Versailles. Bangsa Jerman marah dan berontak. Penderitaan ini mengarahkan bangsa Jerman ke Hitler yang menjanjikan kemulian bangsa Jerman di dunia ini.
Begitulah yang terjadi dunia Islam. Negara-negara Muslim itu sangat rapuh sehingga menjadi sasaran penghinaan ekonomi maupun militer bagi negara-negara barat. Kekayaan sumberdaya alam begitu gampang dikuras, negara sangat mudah diserang dengan alasan apapun. Seperti halnya bangsa Jerman yang berpaling ke Hitler, Keadaan ini memudahkan sebagian Muslim berpaling kepada Osama bin Laden.
Penghinaan ini semakin menyakitkan ketika orang Islam mengaitkan dunia hari ini dengan dunia ketika Muslim berjaya. Maka makin sesaklah dada orang-orang Islam. Doktrin bahwa ada hukum agung dari Tuhan yang diturunkan kepada Nabi yang kemudian diwariskan kepada Muslim terbentur dengan kenyataan masa kini di mana dunia Islam mundur.
2. Kebodohan sebagian Muslim dalam bereaksi
Dulu Cina dan Korea Selatan dijajah Jepang. Jepang membunuh, menghancurkan rumah, memperkosa wanita di kedua wilayah itu. Penghinaan itu masih diingat samapai sekarang. Lalu apakah Cina dan Korea sampai saat ini membenci Jepang? Tentu saja iya. Tapi apakah kebencian itu melahirkan kekerasan? Ternyata tidak. Alih-alih Cina dan Korea Selatan mengajak Jepang berperang, mereka justru mau belajar dari kehebatan bangsa Jepang. Penjajahan Jepang di Cina justru ada hikmahnya di Cina, ketika sebagian penduduk bisa berbahasa Jepang dan mengenal kebudayaan Jepang, sehingga mengundang investor dari Jepang menanamkan modalnya di Cina. Di Korea Selatan ada daerah yang sangat dekat dengan Jepang. Industri Korea "membajak" ahli dari Jepang untuk membantu perusahaan mereka di akhir minggu!
Dunia Islam dihinakan. Dunia Muslim dilecehkan. Barat bisa mendiktekan apa saja. Tapi mengapa orang-orang Islam tidak menyalurkan kebencian mereka, seperti halnya orang-orang Cina dan Korea itu?
3. Globalisasi 3.0
Dua minggu sebelum teror di Mumbai, 6000 ulama Islam berkumpul di Hyderabad bikin pengumuman Islam menentang teror.
Thomas Friedman membagi globalisasi menjadi 3 tahap sesuai dengan jaman. Globalisasi 1.0 adalah ketika negara berperan. Imperialisme oleh negara. Globalisasi 2.0 adalah ketika perusahaan multi nasional yang berperan. Imperialisme ekonomi oleh perusahaan. Kemudian datanglah masa Globalisasi 3.0, ketika yang paling berkuasa adalah individu.
Arah dunia dengan Globalisasi 3.0 memang berpihak kepada terorisme Muslim. Globalisasi 3.0 yang didukung dengan kemajuan teknologi informasi sangat memudahkan sekelompok kecil orang untuk mengekspresikan tujuannya, pandangannya.
Ketika bangsa Jerman marah, dengan dukungan penguasaan mereka terhadap teknologi mereka bisa secara jantan melawan rekan kapitalis mereka. Mereka berani berperang negara lawan negara.
Sebaliknya kebodohan dan ketidakmampuan dunia Muslim tidak memungkinkan Muslim menentang negara lawan negara. Mereka marah, mereka melawan melalui terorisme. Secara sembunyi-sembunyi dan oleh sekelompok kecil orang.
Jadi "perlawanan bodoh" sebagian orang Islam ini "diselamatkan" oleh Globalisasi 3.0 yang justru diciptakan oleh barat sendiri. Senjata makan tuan rupanya.
***
Dengan memahami ketiga hal ini akan membantu kita mencegah terorisme. Kebijakan "war on terror" ala Bush PASTI gagal. Justru menambah bahan bakar kemarahan dunia Muslim. Konferensi-konferensi antar elit, petinggi dunia Islam dengan himbauan tidak melakukan teror tidak akan pernah efektif.
Tapi semua ini hanya bisa diselamatkan oleh pemimpin Islam di tingkat negara, yaitu dengan 1 hal saja: mensejahterakan rakyatnya lahir batin. Pasti semua beres. Individu yang sehat lahir batin takkan pernah ingin membunuh orang yang tidak berdosa!
*****
Subscribe to:
Posts (Atom)