Friday, December 19, 2008

Lemparan Sepatu dan Kekalahan Arab

Bisakah lemparan sebuah sepatu dan teriakan anjing menghina Amerika Serikat (AS)? Tentu saja tidak, jauh panggang dari api. AS akan segera melupakan kasus sepatu ini. Justru kepada bangsa Arab kita bertanya apa yang bisa mereka lakukan kemudian?

Memang pelempar sepatu bukan mewakili bangsa Arab. Tapi tidak sedikit orang Arab menganggap sang pelempar sepatu sebagai pahlawan.

Ketika orang putus asa, merasa kalah, dan kehilangan pegangan, maka kepada sepatupun dia bisa berharap. Telapak kaki sebagai simbol penghinaan dan dilemparkan kepada musuh, diharapkan bisa mengobati luka batin. Dia mengira orang yang dilempar sepatu itu akan jatuh martabatnya. Dia mengira orang yang dilempari sepatu akan guncang.

Bangsa Arab mengalami luka batin. Mereka pernah berjaya menguasai jazirah, bahkan sebagian dunia. Tapi kini mereka terpuruk. Arab bukan apa-apa. Arab bukan siapa-siapa.

Di jaman modern sebenarnya Arab telah berusaha jaya kembali. Tapi yang mereka kejar adalah kejayaan militer ataupun pembangunan infrastruktur megah. Bukan kejayaan ekonomi, bukan kejayaan ilmu pengetahuan seperti yang pernah mereka miliki di masa lalu.

Arab tak berdaya ketika kolonialisme Barat berbagi wilayah jazirah Arab. Harga diri makin terguncang, ketika negara Israel terbentuk. Muncullah pahlawan Arab, Gamal Abdul Nasser, pemimpin Mesir yang menyatukan Arab untuk melawan Israel.

Tahun 1967 Presiden Irak, Abdul Rahman Aref, setelah penandatanganan kerjasama militer Pan Arabisme sesumbar: “Eksistensi Israel adalah suatu kesalahan sehingga harus diluruskan. Inilah kesempatan kami untuk menghapuskan noda yang memalukan sejak tahun 1948. Tujuan kami sangat jelas menghapus Israel dari peta dunia.”

Sebelum pasukan gabungan Arab bergerak, Israel mendahului serangan. Pasukan gabungan Arab dapat dirontokkan hanya dalam tempo 6 hari. Dan Israel berhasil menambah luas wilayahnya 42.000 mil persegi. Israel merebut Sinai dan Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Dunia Arab terguncang.

Tak lama setelah kekalahan ini, Nasser, sang pemimpin, meninggal dunia di usia yang sangat muda, 52 tahun. Ada analisis menarik dari PM Cina Zhou En-Lai mengenai sebab kematian Nasser. PM Zhou memberi tahu kepada delegasi Mesir yang bertandang, bahwa Nasser seharusnya tidak meninggal, karena sebagai presiden hebat, dia pasti akan mendapat perawatan terbaik. PM Zhou bilang Nasser meninggal karena mengalami patah hati dan frustasi setelah kehilangan dukungan dari Uni Soviet. Setelah kalah perang, Nasser memang frustasi, begitu pula dengan bangsa Arab.

Bangsa Arab memang tak kapok. Pemimpin Mesir berikutnya, Anwar Sadat, mengobarkan perang Yom Kippur tahun 1973. Mesir menyerbu dari Sinai, Suriah dari Dataran Tinggi Golan. Perang berhenti tak lama kemudian di saat pasukan Mesir telah kepayahan. Anwar Sadat berhasil menggalang dukungan internasional. Arab memang menang dalam diplomasi, tapi tetap saja Arab kalah perang.

* * *

Bangsa Arab memang gagal membangun dirinya sendiri. Kekayaan minyak memang meninabobokan. Kekolotan beragama menyebabkan kemunduran. Tidak hanya militer, bangsa Arab juga mundur secara politik, ekonomi, maupun ilmu pengetahuan.

Dalam buku The World is Flat, Thomas Friedman mengungkapkan beberapa data.

Tanggal 4 Januari 2004 melalui Osama bin Laden mengirim pesan yang direkam melalui Al Jazeera yang pada intinya: GDP Spanyol – bekas tanah jajahan Muslim - kini lebih besar dari gabungan 22 negara Arab dengan minyak yang melimpah.

Buku Kedua Arab Human Development Report ditulis tahun 2003 untuk United Nations Development Program mengungkapkan data kemunduran Arab.

Antara tahun 1980 – 1999, negara Arab menghasilkan 171 paten international, Korea Selatan pada periode yang sama menghasilkan 16.328 paten internasional. Hewlett Packard, perusahaan multinasional Amerika, mendaftarkan 11 paten baru setiap hari.

Ilmuan Arab yang bekerja di bidang penelitian dan pengembangan 371 per 1 juta orang, sementara rata-rata dunia Afrika, Asia, Amerika Latin adalah 971 per 1 juta. Penggunaaan komputer di negara-negara Arab 18 per 1000, rata-rata dunia 78 per 1000.

Arab yang tertinggal dalam peradaban ini, alih-alih mengejar pengetahuan, yang terjadi justru gencar membangun gedung dan infrastruktur megah. Apakah semua data kemunduran belum diketahui secara luas di dunia Arab? Jangan-jangan bangsa Arab mengira dengan membangun hotel megah tertinggi di dunia, Burj Al Arab, maka mereka telah merasa kembali jaya.

* * *

Sejauh ini nasib bangsa Arab belum berubah banyak. Tahun 1967 gabungan Arab berperang dengan cukup gagah melawan Israel. Dan bangsa Arab kalah. Kini di akhir tahun 2008, seorang jurnalis Arab melempar sepatu dengan cukup gagah pula kepada Presiden Amerika Serikat. Namun bangsa Arab tetap saja kalah.

Bangsa Arab harus segera mengakui kekalahannya dan belajar. Kemudian segera kerja keras melakukan perbaikan agar jaya kembali seperti di masa lalu.

* * *

2 comments:

infogue said...

Artikel anda di

http://orang-blog.infogue.com/lemparan_sepatu_dan_kekalahan_arab

promosikan artikel anda di infoGue.com. Telah tersedia widget shareGue dan pilihan widget lainnya serta nikmati fitur info cinema, game online & kamus untuk para netter Indonesia. Salam!

Unknown said...

Tidak ada komentar