Monday, July 6, 2009

Mitos Pasar Tradisional

Beberapa waktu terakhir banyak calon presiden yang melakukan retorika terhadap pasar tradisional. Posisi pasar tradisional dihadapkan dengan pasar moderen. Pasar moderen dianggap mematikan pasar tradisional. Pedagang besar dari mazhab kapitalisme/neoliberalisme berhadapan pedagang kecil dari mazhab yang mungkin disebut ekonomi kerakyatan.

Pada jika ditinjau lebih jauh melawan keberadaan pasar moderen berarti melawan hukum alam. Peradaban manusia – termasuk institusi pasar – selalu mengarah kepada hal yang efektif dan efisien. Pada buku “Long Tail”, karya Chris Anderson, mengungkapkan sejarah kemajuan institusi pasar.

Pada akhir abab 19, Richard Sears dikirimi secara salah sekotak jam tangan. Dia tidak mengembalikan kiriman yang salah ini, namun membelinya. Timbullah ide untuk menjual kembali jam tangan itu. Kemudian dia sengaja memesan jam tangan dan menjadi distributor jam tangan. Akhirnya timbullah ide cemerlang untuk mengumpulkan berbagai macam barang – selain jam tangan – di suatu tempat, mengirim pelanggan yang tinggal di desa-desa katalog yang berisi 200.000 macam barang. Pelanggan yang membeli akan dikirimi barang pesanan ke rumah melalui jasa pos.

Orang desa/konsumen gembira karena sebelum sistem ini ada, barang yang mereka beli sangat mahal dan langka. Dengan sistem ini mereka mendapatkan barang yang tidak hanya murah, namun juga sangat bervariasi. Selanjutnya adalah sejarah.

Pasar swalayan pertama adalah King Kullen dibuka di Queens, New York 4 Agustus 1930, ketika depresi besar. Dan tahun 1950 – 1960 supermarket sudah memainkan peranan penting dalam membentuk kelas menengah Amerika.

Sampai-sampai Presiden Kennedy mengatakan bahwa teknik pemasaran massal dan murah di supermarket telah memungkinkan peningkatan standar hidup dan telah berperan sekali dalam pertumbuhan ekonomi Amerika.

* * *

Pasar moderen mengandalkan efisiensi dalam distribusi sehingga mereka bisa melayani masyarakat dengan barang-barang yang sangat bervariasi dengan harga yang paling murah. Bukankah ini menguntungkan konsumen? Bukankah dengan banyaknya barang yang murah – seperti yang dikatakan Presiden Kennedy – masyarakat akan bisa membeli lebih banyak barang yang berujung dengan bergairahnya ekonomi suatu bangsa?

Pasar moderen memang mungkin akan mematikan pedagang di pasar tradisional. Sekarang kita bertanya berapakah prosentase pedagang pasar tradisonal dibandingkan dengan jumlah konsumen? Barang yang murah melalui pasar moderen akan menguntungkan konsumen yang jumlahnya jauh lebih besar daripada jumlah pedagang. Jadi manakah yang harus kita bela, kepentingan orang banyak atau kepentingan sedikit orang?

Pasar moderen adalah sejarah peradaban. Hukum alam pasar akan mengarahkan pasar pada sesuatu yang lebih efektif dan efisien. Tidak mungkin ada bangsa yang bisa menolaknya tanpa menderita kerugian. Dan kita harus mengemukakan fakta bahwa sistem distribusi pada pasar tradisional adalah lebih mahal daripada pasar moderen.

* * *

Kita tidak mungkin melawan keampuhan pasar moderen. Justru kita harus merangkulnya menjadi kesatuan sistem ekonomi.

Sebenarnya dalam pasar moderen, unsur-unsur pasar seperti produsen dengan produknya, konsumen dan sistem distribusi tetap ada. Cuma yang membedakannya, barang yang akan dijual bisa dikumpulkan lebih banyak dan distribusinya lebih efisien. Dan posisi pedagang tradisional adalah lemak ekonomi di sisi distribusi. Pasar moderen adalah upaya untuk membuang lemak ekonomi ini.

Sementara itu ada pihak yang kurang diperhatikan dalam isu pasar moderen versus tradisional yaitu produsen/ pemasok.

Tugas utama pemerintah adalah memberikan pembelaan utama terhadap produsen ini. Pemerintah harus memastikan bahwa produsen dalam negeri memperoleh akses kepada pasar moderen ini, tentunya melalui mekanisme pasar. Jika barang impor Cina bisa lebih murah, tentu saja produsen dalam negeri harus dibantu pemerintah untuk memastikan produk dalam negeri berikut biaya transportasinya bisa efisien sehingga bisa bersaing.

Jadi konsumen harus dibela untuk mendapat harga yang lebih murah, sementara produsen dalam negeri yang menyediakan barang juga harus dibela supaya bisa bersaing. Selebihnya kita serahkan kepada mekanisme pasar moderen untuk menghubungkan keduanya dengan cara yang paling efisien.

* * * * *

No comments: