Monday, July 13, 2009

Mendukung Yang Menang dan Mengenang Yang Kalah

Rangkaian terakhir pesta demokrasi telah usai dan pemenangnya hampir dapat dipastikan, yaitu pasangan SBY-Boediono. Kepada yang menang kita berharap mereka bisa mewujudkan janji-janjinya, kepada yang kalah kita berharap kebesaran jiwanya.

Kemenangan SBY-Boediono tidak perlu diungkit-ungkit lagi, namun hal-hal bagus dari pihak yang kalah juga menarik untuk dipelajari.

Mengenang JK

Kombinasi pasangan SBY-Boediono ini bukanlah kombinasi yang ideal. Rhenald Kasali menganalisis, baik SBY maupun Boediono sama-sama cenderung pada berorientasi proses. Orang yang mempunyai kecenderungan ini akan lebih lamban bertindak, karena sebelum bertindak mereka akan penuh pertimbangan. Hal ini bukan berarti tidak baik, namun kurang cocok dengan kondisi negara kira yang membutuhkan pemimpin yang bisa bergerak cepat dan penuh improvisasi.

Sebaliknya, Rhenald Kasali menganalisis JK sebagai orang yang berorientasi pada tindakan. JK adalah orang yang cekatan dan tangkas bertindak. JK cenderung berani melanggar prosedur untuk mendapatkan hasil. Maka tidak heran JK sangat hebat berimprovisasi dalam berbagai kebijakan.

Indonesia adalah negara yang sedang membangun di segala bidang. Akibat belum sempurnanya sistem ini, maka berbagai kelemahan muncul dimana-mana. Di sinilah peran orang seperti JK diperlukan untuk mengatasi dan mencari terobosan terhadap kelemahan itu. Negara ini membutuhkan sesorang pemimpin yang cepat memahami persoalan, berani mengambil tanggung jawab dan bertindak secara cepat.

Ibarat tim sepakbola, tanpa JK, pemerintahan SBY akan kehilangan seorang penyerang yang tangguh. Kita khawatir nantinya pemerintahan ini sulit mencetak gol. Tentu saja pengganti dari peran JK ini bisa dicari yaitu dengan memilih menteri-menteri yang cerdas dan cepat seperti JK.

Dan untuk langkah seperti ini SBY sudah memiliki modal yang besar. Setelah pemilu legislatif yang lalu, SBY sudah terbukti tidak takut untuk memilih cawapres bukan aktifis partai politik, namun dari kalangan profesional. Kita sangat berharap untuk pembentukan kabinet mendatang, SBY juga berani untuk memilih orang-orang profesional saja untuk jabatan menteri. Dengan menggunakan orang-orang profesional yang handal di bidangnya masing-masing maka daya serang untuk mencetak gol dari tim SBY ini akan meningkat.

Kenangan utama kita terhadap JK adalah pemihakannya terhadap produksi dalam negeri. Dan ini bukan hanya retorika belaka. Dalam suatu kesempatan di Kadin beliau tidak ragu untuk mencopot sepatunya untuk menunjukkan sepatu buatan dalam negeri dengan merek JK Collection, beliau mengupayakan agar bandara kita 100% ditangani orang Indonesia yang terbukti bisa dilaksanakan bahkan dengan biaya yang jauh lebih murah. Yang terakhir adalah inisiatifnya untuk membuat panser sendiri melalui PT. Pindad.

Ungkapannya untuk memakai tangan kita sendiri, otak kita sendiri dan uang kita sendiri sungguh sangat inspiratif dan patut dilanjutkan.

Mengenang Prabowo

Walaupun Prabowo adalah cawapres dari Megawati, namun Prabowo lah yang memiliki ide cemerlang untuk memajukan negara ini.

Salah satu ide yang harus segera dirangkul oleh pemerintahan adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Prabowo memiliki visi berani dengan angka di atas 10%. Mungkin angka ini tak berarti bagi orang awam, padahal hanya dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggilah, pendapatan rakyat bisa segera meningkat dan Indonesia bisa mengejar ketertinggalannya dari negara lain. Tanpa pertumbuhan di atas 10% ini, maka kesejahteraan itu baru bisa dicapai puluhan tahun mendatang. Dan ini berarti bangsa ini masih harus mengirimkan babu-babu ke luar negeri. Dan ini berarti prajurit bangsa ini juga harus siap mati sia-sia karena negara tidak sanggup membeli dan memelihara alutsista.

Namun beberapa ekonom pendukung SBY dengan pikiran tunggal tanpa kreatifitas, seolah menafikan kemungkinan ini. Seperti biasa, ekonom mulai dengan hitungan sederhana bahwa untuk pertumbuhan setinggi itu dibutuhkan investasi sebesar 40% dari PDB, sedangkan investasi selama ini cuma 25%. Mereka berpikir kita tidak mampu menaikkan investasi sebesar 15% itu dalam waktu singkat.

Padahal pikiran pesimis ekonom pemerintah inilah masalahnya. Tentu kalau pemerintahan sudah meniatkan, maka jalan keluar dari berbagai persoalan untuk menaikkan nilai investasi itu akan terkuak.

Sebagai ilustrasi kita bisa mengambil inspirasi dari kisah Henry Ford, legenda pembuat mobil Amerika Serikat, dalam penemuan mesin V8. Henry Ford memaksa ahli-ahlinya untuk menemukan mesin 8 silinder. Semua ahlinya pada waktu itu mengatakan mesin yang diinginkannya itu tidak bisa dibuat. Mereka – seperti ekonom pemerintah soal pertumbuhan 2 digit – mengemukakan alasan-alasan “ilmiah” mengapa mesin itu tidak bisa dibuat. Namun Henry Ford tetap memaksa mereka untuk menemukan jalan keluar. Akhirnya jalan keluar ditemukan dan mesin yang diinginkan itu bisa dibuat. Perasaan optimis menang.

Prabowo telah membangkitkan rasa optimisme kita. Dan kita berharap pemerintah SBY-Boediono ini juga segera dapat membangkitkan rasa optimis itu.

Karena kita ingin segera bangga menjadi orang Indonesia.

* * * * *

No comments: