Thursday, October 9, 2008

Teori Minsky Mengenai Krisis Keuangan

Kerapuhan finansial adalah ciri khas ekonomi kapitalis. Krisis pada ekonomi kapitalis ini lebih disebabkan oleh sifat manusia dalam mengelola resiko daripada hal lain.

Dalam pembiayaan bisnis ada resiko yang harus diperhitungkan dan ternyata dalam perjalanannya, perusahaan umumnya mengambil jenis resiko yang berbeda dalam suatu siklus bisnis. Dalam suatu siklus bisnis ada turun naik keadaan. Keadaan resesi yaitu ketika ekonomi berhenti tumbuh, kemudian ekonomi tumbuh perlahan dan mencapai puncak atau boom untuk kemudian melemah sampai resesi lagi.

Dalam satu siklus, perusahaan menempuh 3 jenis resiko, yaitu: hedge finance di masa resesi, speculative finance di masa pertumbuhan dan ponzi finance di masa boom.

Ketika resesi hanya perusahaan yang benar-benar kuat yang bisa bertahan. Dan rata2 perusahaan yang selamat itu mengambil posisi hedge, yaitu semua kewajiban perusahaan dapat diselesaikan melalui keuntungan operasi perusahaan. Pada masa ini perusahaan tidak berani berutang untuk investasi baru.

Setelah keadaan stabil ini perusahaan mulai percaya diri lagi untuk mengembangkan perusahaan dengan melakukan investasi melalui utang. Ini tipe kedua pengambilan resiko perusahaan, yaitu: speculative finance. Ini masa ketika perekonomian benar-benar mengalami boom.

Setelah mengalami boom ekonomi manusia menjadi serakah, sombong dan ceroboh. Pinjaman tidak terkendali dan kontrol terhadap kemampuan perusahaan menjadi tidak ada. Ketika perusahaan terlalu berspekulasi - yang disebut Ponzi finance – keuangan perusahaan menjadi sangat beresiko. Antara pemasukan uang dan kebutuhan uang menjadi sangat sensitif. Tidak ada lagi ada dana cadangan untuk menalangi ketika ada sedikit saja kesalahan perhitungan. Dan ini cuma menunggu waktu ketika ada hambatan dalam pemasukan. Ketika ini terjadi perusahaan akan kolaps. Ini menimbulkan efek domino kepada lembaga yang meminjamkan uang. Apalagi kalau lembaga peminjaman itu juga dalam posisi Ponzi finance.

Inilah masa krisis ekonomi dan resesi.

No comments: